KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat bagi penulis, sehingga “Modul
Pembelajaran” ini dapat selesai dengan baik. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kasimanuddin sebagai Dosen Pembimbing,
teman-teman Offering A Pendidikan Sejarah 2010 Universitas Negeri Malang, dan
juga orang tua yang senantiasa mendukung penulis sehingga penulisan modul ini tidak menemui kendala yang berarti.
Tanpa kehadiran mereka, mungkin pembuatan modul ini tidak akan berjalan lancar.
Penulis berharap dengan dibuatnya modul ini, akan
memberikan manfaat kepada masyarakat pada umumnya dan kepada penulis khususnya. Dengan modul ini, diharapkan
guru, dosen, pengajar, atau bahkan siswa yang berminat untuk membaca modul sehingga pembelajaran dapat
terbantu.
Namun
penulis juga seorang insan yang senantiasa melakukan kesalahan baik yang
disengaja atau tidak disengaja. Untuk itulah, jika dalam pembuatan modul pembelajaan ini terdapat kekeliruan, mohon pembaca
memberikan kritik yang membangun bagi penulis. Demikian pengantar dari penulis,
selamat membaca.
Malang, 01 Mei 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…….…..I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..………….
II
SILABUS…………………………………………………………………… …..III
PENDAHULUAN
I.
Latar belakang…………………………………………………………………1
II.
Standart Kompetensi………………………………………………………..1
III.
Alokasi waktu…………………………………………………………………..1
IV.
Deskripsi modul……………………………………………………………..2
V.
Petunjuk penggunaan modul……………………………………………..……2
VI.
Tujuan akhir…………………………………………………………….…2
PEMBELAJARAN
BAB
I Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam di Berbagai Daerah di
Indonesia berupa Seni Bangun, Pahat dan Seni Ukir……………..................………3
A. Masjid
…………………………..………………………………………….3
B. Keraton……………………………………………………………………7
C. Makam
dan nisan……………………………….…………………………11
D. Kaligrafi……………………………….…………………………………..13
Soal-soal
Evaluasi……………………………………………………………………..15
BAB
II Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam di Berbagai Daerah di
Indonesia berupa Seni Sastra…………………………………………………………….17
A. Hikayat……………….………………………………………………….…..17
B. Babad………………………...…………………………………………….…20
C. Syair……………………………………………………………………....23
D. Suluk…………………….………………………………………………..25
Soal-soal
Evaluasi……………………………………………………………….………27
BAB III Alkulturasi Bentuk
Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam dengan Kebudayaan Setempat di Berbagai
Daerah di Indonesia berupa Upacara dan Tradisi………..……………………………………………………….….…..29
A. Tahlilan
dan Ziarah Kubur………………………………………..………..29
B. Sekaten
dan Gerebek Maulid………………………….………………….…32
C. Dakwa
dan Pengajian Al-Quran………………………………………34
D. Tradisi
Ramadhan…………………………………………………………36
Soal- soal
Evaluasi……………………………………………………………….…..40
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…43
LAMPIRAN………………………………………………………………….……44
SILABUS
Mata
Pelajaran : Sejarah
Semester : II
Standart Kompetensi : Perkembangan Kerajaan-Kerajaan
Islam di Indonesia dan
Peninggalannya
|
Pendahuluan
I.
Latar belakang
Kebudayaan
adalah hasil berpikir dan merasa manusia yang terwujud dalam kehidupan
sehari-hari. Wujud budaya tak lepas dari situasi tempat dan waktu dihasilkannya
unsur kebudayaan tersebut. Di berbagai
negara para penganut Islam berusaha menampilkan suatu citra cita ke Esaan Tuhan
lewat bermacam karya budaya.
Karya-karya budaya bercorak Islam di
Nusantara tampil dengan ciri khasnya sendiri yang menambah khasana budaya
Indonesia. Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam di Indonesia, yaitu
seni bangun, seni ukir, seni sastra serta tradisi, upacara dan social. Lewat
seni bangun, Islam mampu menjangkau segmen lebih luas masyarakat pribumi,
termasuk para elitnya. Sunan Kudus misalnya untuk menarik masyarakat nusantara
pada masa itu yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, Sunan Kudus
membangun masjid yang menaranya di buat seperti bangunan candi. Dan masi banyak
kebudayaan-kebudayaan islam yang masi di pergunakan masyarakat di Indonesia
sekarang ini seperti halnya tradisidan upacara sekaten
I.
STANDART KOMPETENSI
Perkembangan
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya.
II.
ALOKASI
WAKTU
Alokasi waktu yang
digunakan untuk dapat mengerjakan modul ini adalah 16 jam pelajaran dimana tiap
jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Setiap pertemuannya 2 x 45 menit.
III.
DESKRIPSI MODUL
Modul ini merupakan modul
pembelajaran mata pelajaran sejarah untuk SMP kelas VII yang bila digunakan dengan tepat akan
mempermudah dalam proses pembelajarannya. Di dalam modul ini terdapat 3 bab
dengan tema besar Arsitektur Masjid Agung Kauman Semarang. Yang pada
masing-masing babnya membahas tentang materi yang berbeda. Bab I bentuk
peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia berupa
seni bangun, pahat dan seni ukir. Bab II bentuk
peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia berupa
seni sastra dan pada Bab III membahas tentang alkulturasi bentuk
peninggalan sejarah yang bercorak Islam dengan kebudayaan setempat di berbagai daerah di Indonesia berupa upacara,
tradisi.
IV.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1) Sebelum
pembelajaran
-
Di dalam modul ini terdiri dari 3 bab.
Sebelum masuk ke materi, akan disajikan pendahuluan terlebih dahulu.
-
Silabus yang terdiri dari kompetensi dasar,
indikator, alokasi waktu yang disajikan pada awal bab, sebagai pedoman bagi
pangguna modul untuk mencapai arah dan tujuan pembelajaran.
2) Selama
pembelajaran
-
Pendalaman materi pada modul.
-
mempelajari,
mencatat, dan bertanya mengenai materi.
-
pengawasan
kegiatan belajar dan menjawab pertanyaan.
-
Latihan soal (evaluasi) yang diajukan pada
akhir pembahasan.
-
Mengevaluasi
jawaban pada lembar jawaban dengan kunci jawaban.
3) Setelah
pembelajaran
-
menerima
keputusan guru untuk meneruskan belajar pada materi selanjutnya, tetap pada
materi yang sama
V.
TUJUAN AKHIR
setelah
mempelajari modul ini, diharapkan kepada para pengguna modul untuk dapat
memahami bentuk dan peninggalan sejarah yang bercorak Islam dapat menarik
kesimpulan sendiri serta mengambil nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak
Islam di Berbagai Daerah di Indonesia berupa Seni Bangun, Pahat dan Seni
Ukir
|
KOMPETENSI DASAR
·
Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama,
kebudayaan dan kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai
peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Indikator:
ΓΌ Mengidentifikasi
bentuk dari setiap bagian masjid di berbagai daerah
ΓΌ Mendiskripsikan peninggalan kraton di Indonesia
ΓΌ Menjelaskan
ciri-ciri makam Islam di Indonesia
ΓΌ Menganalisis
peninggalan kebudayaan Islam berupa seni ukir di Indonesia
Alokasi waktu: 4 x
45 menit
|
MASJID
1.
Definisi Masjid
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Masjid-masjid
awal yang dibangun pasca penetrasi Islam ke nusantara cukup berbeda dengan yang
berkembang di Timur Tengah. Salah satunya tidak terdapatnya kubah di puncak
bangunan. Kubah digantikan semacam meru, susunan limas tiga atau lima tingkat,
serupa dengan arsitektur Hindu. Masjid Banten memiliki meru lima tingkat,
sementara masjid Kudus dan Demak tiga tingkat. Namun, bentuk bangunan dinding
yang bujur sangkar sama dengan budaya induknya. Masjid juga berperan sebagai
tempat membina jiwa dn pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah
masyarakat. Di masjid umat Islam di bina dan senantiasa mengingat Allah.
2.
Peninggalan Masjid di Indonesia
Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di
Indonesia banyak masjid didirikan dan termasuk masjid kuno, di antaranya masjid
Demak, masjid Kudus, masjid Banten, masjid Cirebon, masjid Ternate, masjid
Angke, dan sebagainya.
a.
Masjid Angke
Masjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun
pada abad ke-18. Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke merupakan masjid
tua yang masih terlihat kekunoannya. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dan
hiasan yang cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan
Eropa. Masjid ini dibangun pada tahun 1761. Pengaruh agama Islam menimbulkan
tempat ibadah yang namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut
langgar, yang berukuran sedang disebut masjid, dan yang ukuran besar disebut
masjid agung atau masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama Islam
(tempat orang melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai tempat
penggemblengan jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah
masyarakat.
b.
Masjid Demak
Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan
masjid terletak di Kadilangu, Demak. Masjid ini beratap tumpang yang mirip
dengan bentuk pura Hindu. Masjid Demak didirikan dengan bantuan para wali
(walisongo). Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan
masjid ini terletak pada salah satu tiang utamanya, yakni terbuat dari bahan
pecahan-pecahan kayu yang disebut tatal (soko tatal).
c. Masjid Kudus
Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu.
Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu.
d. Masjid Banten
Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai mercusuar.
Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai mercusuar.
e. Masjid Cirebon
Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat.
Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat.
3. Corak Khas Bangunan
Masjid di Indonesia
Beberapa hal yang menarik dan menjadi
corak khas dari bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1)
Masjid mempunyai dena bujur sangkar.
2)
Pada sisi barat terdapat bangunan yang meninjol untuk
mihrab.
3)
Di kedua sisi majid kadang kala ada serambi di atas
pondasi yang agak tinggi.
4)
Atap masjid kebanyakan beratap tumpang (atap yang
bersusun, semakin ke atas semakin kecil, dan yang paling atas berbentuk limas).
5)
Halaman masjid di kelilingi pagar tembok dengan satu
atau dua pintu gerbang.
6)
Di dalam masjid terdapat barisan tiang yang
mengelilingi empat tiang induk yang di sebut sokoguru.
7)
Di kiri atau kanan masjid terdapat menara sebagai
tempat menyerukan panggilan sholat.
8)
Letak masjid tepat di tengah-tengah kota atau dekat
dengan istana.
9)
Di sekitar masjid (kecuali bagian barat) biasanya
terdapat tanah lapang (alun-alun).
Di Indonesia
hanya ada dua masjid yang memiliki menara peninggalan kerajaan islam, yaitu
menara Masjid Kudus dan menara Masjid Banten. Kedua menara tersebut sama-sama
mempunyai ke unikan. Keunikan menara Masjid Kudus yaitu bentuk menaranya yang
menyerupai candi yang diberi atap tumpang, sedangkan menara Masjid Banten
menyerupai mercusuar Eropa.
4. Seni bangunan masjid sebagai wujud
akulturasi kebudyaan Islam
Wujud akulturasi dalam seni bangunan
dapat terlihat pada bangunan masjid. Untuk lebih jelasnya silahkan Anda simak
gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1. Masjid
Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia.
|
v Wujud
akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar 1.1. memiliki
ciri sebagai berikut:
a. Atapnya berbentuk tumpang
yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin
kecil dari tingkatan
paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya
ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut
dengan Mustaka.
b. Tidak dilengkapi
dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada
di luar Indonesia atau
yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan
sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c. Letak masjid
biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun ataun bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengann makam.
v Mengenai
contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada gambar 1.1 Anda
dapat memperhatikan
Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.
v Apakah
di daerah Anda terdapat bangunan masjid kuno ? Kalau ada, silahkan Anda
mengkaji sendiri
ciri-cirinya, apakah sesuai dengan uraian dalam modul ini? Selanjutnya silahkan
Anda menyimak uraian materi seni bangunan berikutnya.
1. Definisi Kraton
Keraton merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan-kegiatan penting yang menyangkut urusan kerajaan. Keraton
juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja
beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak keraton
sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Keraton dibangun sebagai lambang
pusat kekuasaan pemerintah. Pada umumnya keraton-keraton kerajaan Islam di
bangun dengan mengarah ke utara atau agak ke utara. Bangunan utama keraton biasanya
dikelilingi pagar tembok, parit atau sungai kecil buatan. Untuk memasuki
bangunan utama harus melalui suatu tempat berupa pintu gerbang keraton. Halaman
keraton dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian paling belakang amat disakralkan
dan tidak boleh sembarangan orang memasukinya. Di depan keraton terdapat
lapangan luas yang disebut alun-alun. Biasanya di tengah-tengah alun-alun
ditanam pohon beringin sebagai lambang pengayoman sultan terhadap rakyatnya.
2.
Peninggalan Keraton di Indonesia
Di
Indonesia banyak Beberapa keraton yang tersebar di berbagai daerah. Bahkan
hingga sampai saat ini keraton masi di pergunakan sebagai tempat tinggal dan
pusat pemerintahan sultan dan keluarganya. Seperti halnya Keraton Yogyakarta yang
sekarang ini masi di jadikan Sultan Hamengkubuono X sebagai kediamannya beserta
keluarganya dan menjalankan
pemerintahannya sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini akan
di sebutkan contoh keraton yang ada di Indonesia yakni sebagai berikut:
a. Keraton Cirebon
a. Keraton Cirebon
Keraton Cirebon didirikan oleh
Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636. Letaknya di kota Cirebon,
Jawa Barat. Keraton Kasepuhan
adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling
bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya. Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan
yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat
ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya
terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.
b.
Istana Keraton Surakarta
Keraton Surakarta atau lengkapnya
dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan
Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II)
pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda
akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa
Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala.
Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah
menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan
kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749.
Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana
resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi
sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan
tradisi kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu
objek wisata di Kota Solo. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari
raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya,
keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang
terbaik.
c.
Keraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
atau Keraton Yogyakarta
merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi
di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan
tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950,
kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan
rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat
ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota
Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai
koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa,
replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini
merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki
balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa
bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah
bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini
digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura
dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi
keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah
hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I
berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah
Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta
memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara),
Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan,
Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung
Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik
yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain,
Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku
adatnya. Pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan
untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
v Untuk
mengetahui bentuk keraton tersebut, silahkan Anda amati gambar 1.2, 1.3 dan 2.1
berikut ini.
Gambar 1.2. Kraton
Cirebon
|
Gambar
1.3. Kraton Yogyakarta
|
Gambar
2.1. Kraton Surakarta
|
v Demikianlah
uraian materi tentang bentuk peninggalan Islam berupa seni bangun Kraton di
Indonesia. sebenarnya masih banyak contoh seni bangun Kraton yang lain, untuk
itu silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda. Hasil diskusi Anda, nanti Anda
kumpulkan kepada guru bina di sekolah penyelenggara.
1. Definisi Makam dan Nisan Islam
Makam merupakan tempat kediaman terahir seorang yang telah meninggal.
Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam
biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan
pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi.
Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam
raja-raja. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah
yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah.
Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
2. Corak Khas Bangunan Makam Islam
Setelah
diadakan upacara jenazah pada hari ke-100 biasanya bangunan makam akan terlihat
lengkap dan dibuat secara permanen, terutama makam raja atau kalangan
bangsawan. Makam kuno Islam terdiri dari:
1) Jirat adalah
bangunan yang dibuat dari batu atau tembokan yang berbentuk persegi panjang
dengan arah lintang utara-selatan.
2) Nisa adalah tongak
pendek dari batu yang ditanam di atas gundukan tanah sebagai tanda kubur yang
biasanya dipasang di ujung utara dan seatan jirat.
3) Cangkup adalah
bangunan mirip rumah yang berada di atas jirat.
3.
Peninggalan Makam Kuno
yang bercorak Islam di Indonesia
Peninggalan
sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa
makam berikut:
(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid
Azisi, Langkat)
(2) Makam Walisongo
(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)
(4) Makam Raja Gowa
4. Peninggalan Nisan
Kuno yang bercorak Islam
(1) Di Leran,
Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang
memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti
Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M);
(2) Di Sumatra
(di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik alsaleh
yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);
(3) Di Sulawesi
Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;
(4) Di
Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan
(5) Batu nisan
di Troloyo dan Trowulan.
v Untuk
mengetahui bentuk keraton tersebut, silahkan Anda amati gambar 2.2 dan 2.3
berikut ini:
Gambar 2.2. Makam Sulta Hasanuddin
Sultan Gowa ke-16.
|
Gambar
2.3. Batu Nisan Sultan Malik
alsaleh
|
v Dari
gambar 2.2 dan 2.3 tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa makam dan nisan
tersebut ialah makam kuno yang bercorak Islam. Demikianlah uraian materi
tentang seni bangun makam dan nisan.
1. Definisi Kaligrafi
Secara Etimologi, kata Kaligrafi merupakan
penyederhanaa dari CALLIGRAFY, yaitu Callos yang berarti indah dan graph yang
berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah, atau aksara yang
sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan.
Seni kaligrafi mulai berkembang pada abad ke-16 berupa tulisan indah dalam bahasa Arab yang di pahat pada sebuah batu. Seni kaligrafi biasanya memiliki sebuah gambar dengan pola beragam, misalnya daun-daunan, perbukitan atau bahkan sekedar garis-garis geometri.
Seni kaligrafi mulai berkembang pada abad ke-16 berupa tulisan indah dalam bahasa Arab yang di pahat pada sebuah batu. Seni kaligrafi biasanya memiliki sebuah gambar dengan pola beragam, misalnya daun-daunan, perbukitan atau bahkan sekedar garis-garis geometri.
2. Bentuk
Seni Pahat Kaligrafi
Senikaligrafi
yang tumbuh subur itu biasanya dituangkan pada masjid dan makam. Letak bagian
masjid yang mendapat ukir-ukiran umumnya hanya di bagian mimbar. Hal ini dapat
dilihat pada hiasan Masjid Mantingan di kota Jepara sebagai contoh berikut ini:
Gambar
3.1. Relief di Masjid Mantingan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
|
v Dari
gambar 3.1 tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa Satu citra yang telah begitu
melekat dengan Jepara adalah predikatnya sebagai “Kota
Ukir” atau Ukiran Jepara. Demikianlah uraian materi tentang seni ukir
kaligrafi.
SOAL-SOAL
EVALUASI
|
A.
Berilah
tanda silang (X) huruf a.b.c atau d pada
jawaban yang paling benar!
1.
Bagaimana
ciri atap masjid-masjid kuno di Indonesi…………….
a.
Beratap tumpang (atap yang bersusun,
semakin ke atas semakin kecil, dan yang paling atas berbentuk limas).
b.
Terdapat barisan tiang yang mengelilingi
empat tiang induk
c.
Terdapat
mimbar dan menara untuk menyeruhkan sholat
d.
Terdapat
pondasi yang agak tinggi
2.
Keraton yang didirikan oleh Fatahillah atau Syarif
Hidayatullah pada tahun 1636, yaitu…………
a.
Keraton
kesultanan Aceh
b.
Keraton
Cirebon
c.
Keraton
Surakarta
d.
Keraton
Yogyakarta
3.
Corak
khas bangunan makam kuno Islam terdidi dari………………….
a.
Jirat,
nisan dan Cangkup
b.
Nisan,
soko guru dan mimbar
c.
Jirat,
serambi dan taman
d.
Cangkup,
menara dan mimbar
4.
Nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab,
yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah
binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M) yakni…………..
a.
Batu
nisan di Aceh
b.
Batu nisan di Sulawesi Selatan
c.
Batu nisan di Leran, Gresik
d.
Batu nisan di Troloyo dan Trowulan
5.
Seni
kaligrafi mulai berkembang pada abad ke-16 berupa tulisan indah dalam bahasa………
a.
Persia
b.
Arab
c.
Gujarat
d.
Jawa
kuno
B.
Jawablah
Pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1.
Jelaskan
Keunikan menara Masjid Kudus dan Masjid Banten!
Jawab:…………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………….
2.
Jelaskan
Definisi dan fungsi dari keraton!
Jawab:…………………………………………………………………………………………….............................................................................................................
3.
Sebutkan tujuh kompleks inti yang berada
di istana para Sultan Yogyakarta!
Jawab:…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
4.
Sebutkan peninggalan sejarah yang
bercorak Islam dalam bentuk makam!
Jawab:…………………..…………………………………………….…………..
……………………………..……………………………………………………..
5.
Bagaimana
pengertian dari nama kaligarafi?
Jawab:……………………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………..
Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam
di Berbagai Daerah di Indonesia berupa Seni Sastra
|
KOMPETENSI DASAR
·
Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama,
kebudayaan dan kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai
peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Indikator:
ΓΌ Menganalisis
dan menjelaskan jenis hikayat
ΓΌ Memahami
peninggalan babad islam di Indonesia
ΓΌ Mendiskripsikan
peninggalan Syair Islam di Indonesia
ΓΌ Menjelaskan
dan memberikan contoh peninggalan-peninggalan sejarah berupa suluk di Indonesia
Alokasi waktu: 4 x
45 menit
|
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia
maka berpengaruh terhadap bidang aksara
atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang
tulisan Arab
Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan
Arab yang
dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda
a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab.
1.
Definisi Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk
sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, cerita
pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi
memiliki pesan dan amanat kisah, dongeng maupun sejarah . Umumnya mengisahkan tentang
kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat
sang tokoh utama.
2.
Ciri-ciri Hikayat
1. Berisi kisah - kisah kehidupan
lingkungan istana (istana sentris)
2.
Banyak
peristiwa yang berhubungan dengan nilai - nilai Islam
3. Nama nama tokoh dipengaruhi oleh nama -
nama Arab
4. Ditemukan tokoh dengan karakter diluar
batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
5. Tidak ada`pembagian bab atau judul
6. Juru cerita tidak pernah disebuntak
secara eksplisit (anonim)
7. Sulit membedakan peristiwa yang nyata
dan peristiwa yang imajinatif
8. Banyak menggunaka kosakata yang kini tidak
lazim digunakan dalam komunikasi sehari – hari
9. Seringkali menggunakan pernyataan yang
berulang – ulang
10. Peristiwa seringkali tidak logis
11. Sulit memahami jalan ceritanya
12. Bersifat istana centris
13. Berbahasa klise,meniru bahasa penutur
sebelumnya
14. Bersifat logis,menggunakan logika
sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri
3.
Peninggalan Sejarah
yang Bercorak Islam yang Berupa Hikayat
v Hikayat Hang Tua sebuah
karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Dalam zaman
kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah, seorang laksamana yang amat
termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah gubug
reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya
semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili negeranya dalam segala
hal. Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang
Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini
sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf Jawi wau; "ο»"
dan ra; "οΊ" bentuknya sangat mirip. Tetapi yang lain menolak dan
mengatakan bahwa kelima kawan ini adalah versi Melayu daripada para Pandawa
lima, tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata. Hikayat ini berputar pada
kesetiaan Hang Tuah pada Seri Sultan. Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang,
teman karibnya, Hang Jebat yang memberontak membelanya akhirnya malah
dibunuhnya. Hal ini sampai sekarang terutama di kalangan Bangsa Melayu masih
kontroversial. Selain itu setting cerita ini adalah di Malaka sekitar abad ke-14
Masehi. Sebab banyak diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka
dan Majapahit. Banyak kritik ditujukan kepada orang Jawa dalam hikayat ini.
Meskipun begitu senjata paling ampuh, yaitu sebilah keris, berasal dari
Majapahit. Malah Hang Tuah lima bersaudara dikatakan menuntut banyak ilmu
kebatinan dari petapa Jawa.
Γ Untuk
mengetahui contoh Hikayat Hang Tua tersebut, silahkan Anda amati gambar 3.2
berikut ini:
Gambar 3.2. Hikayat Hang Tuah
|
v
Hikayat
Amir Hamzah menceritakan perihal kegagahan dan keperwiraan seorang
pejuang Islam, iaitu Amir Hamzah, pada zaman sebelum dan awal kebangkitan
Islam. Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut
dalam Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat
ini dikatakan telah dibacakan bagi menaikan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu
ia jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi. Dalam versi bercetak edisi
1987 terdapat 245,273 perkataan di dalamnya. Hikayat Amir Hamzah merupakan
salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam Sejarah Melayu, semasa
pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini dikatakan telah diberikan
oleh Sultan Melaka untuk dibacakan bagi menaikkan semangat pahlawan Melayu.
Oleh itu ia jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi.
Γ Untuk
mengetahui contoh Hikayat Amir Hamzah tersebut, silahkan Anda amati gambar 3.3 berikut
ini:
Gambar
3.3. Hikayat Amir Hamzah
susunan S. A, Dahlan terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (Cetakan
1969.)
|
1.
Definisi
Babad
Dalam khazanah
sastra Jawa, karya sastra sejarah disebut babad. Kata babad dalam
khazanah sastra Jawa, karya sastra sejarah disebut babad. Kata babad dalam kosa kata Jawa berarti: merambah atau menebang pohon-pohon di hutan, memangkas semak belukar, mulai
menggarap, dan cerita sejarah. Babad
merupakan penulisan sejarah tradisional atau historiografi tradisional sebagai
suatu bentuk dan suatu kultur yang membentangkan riwayat, dimana sifat – sifat
dan tingkat kultur mempengaruhi dan bahkan menentukan bentuk itu sehingga
historiografi selalu mencerminkan kultur yang menciptakannya. Cerita babad
yang biasanya lebih berupa cerita dari pada uraian
sejarah meskipun yang menjadi pola adalah memang peristiwa sejarah
2.
Golongan dan fungsi Babad
v
Babad terdiri dari tiga golongan yaitu:
1. babad
yang isinya tidak sesuai dengan
judulnya, karena isinya jauh lebih luas dari yang
disebut dalam judulnya.
2. babad
yang isinya menceritakan sejarah setempat; artinya isinya hanya
menceritakan tentang sejarah asal mula daerah tertentu
3. babad yang isinya menceritakan suatu periode
tertentu dari sejarah Jawa, artinya isinya hanya menceritakan peristiwa yang
terjadi pada suatu masa tertentu
v
Babad berfungsi antara lain yaitu:
a. Untuk melegitimasi (mengesahkan) asal –
usul/silsilah leluhur, kejadian/peristiwa, desa, pura atau hal – hal lainnya.
b. Sebagai penghormatan kepada leluhur.
c. Sebagai penuntun para keturunan dalam
menjalankan kewajibannya masing – masing.
d. Sebagai sumber inspirasi seni.
3. Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam yang Berupa Babad
v
Babad Tanah Jawi Merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa. Sebagai
babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman
Mataram, buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang
terjadi di tanah Jawa. Babad ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal
kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan
cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja
Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam. Silsilah raja-raja Pajajaran yang
lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya Majapahit, Demak, terus berurutan
hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18. Babad
ini telah dipakai sebagai salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau
Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan,
para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.
Γ Untuk
mengetahui contoh Babad tanah Jawi tersebut, silahkan Anda amati gambar 4.1
berikut ini:
Gambar
4.1. Babad Tanah Jawi
|
v Babad
Giyanti adalah sebuah syair dalam bentuk tembang macapat yang dikarang oleh
Yasadipura tentang sejarah pembagian Jawa pada 13 Februari 1755. Sesudah
keraton dipindahkan ke Surakarta dari Kartasura karena dibakar oleh orang
Tionghoa, maka Pangeran Mangkubumi pun keluar dari keraton dan marah sampai
memberontak. Sebab tanah bengkoknya dikurangi banyak sekali. Maka berperanglah
beliau melawan keraton Surakarta. Selama peperangan ini beliau dibantu oleh
banyak pangeran dan bangsawan lainnya, antara lain Pangeran Sambernyawa
(Mangkunegara I). Lalu Pangeran Sambernyawa dibuat panglima perang. Dalam
peperangan ini, Pangeran Mangkubumi menaklukkan daerah-daerah di sebelah barat
Surakarta, di daerah Mataram. Selanjutnya Pangeran Sambernyawa malahan bentrok
dengan Pangeran Mangkubumi. Terjadinya bentrok ini karena kedua nya sama sama
ingin mendapatkan supremasi tunggal kedaulatan yang tidak terbagi. Sambernyawa
menjadi pesaing yang serius dari Mangkubumi dalam mendapatkan dukungan elite
Jawa sebab ketika diambil pemungutan suara antara memilih Samber nyawa atau
Mangkubumi maka pilihan dan dukungan kepada Sambernyawa melebihi dukungan kepada
Mangkubumi. Melihat dukungannya berkurang, Mangkubumi menyerang sambernyawa
dengan kekuatan bersenjata tetapi Samber nyawa alih alih dikalahkan, Mangkubumi
bahkan menderita kekalahan yang telak dan serius. Kekuatan bersenjata Mangkubumi
kalah telak dengan kekuatan Sambernyawa. Satu satu nya jalan untuk cepat cepat
bisa mendapat separuh kerajaan Mataram maka jalan pengkianatan dilakukan oleh
Mangkubumi. Mangkubumi meminta Semarang memberinya separuh kekuasaan Mataram
dan berjanji setia dan tunduk kepada Belanda serta bersedia membantu Surakarta
dan Belanda untuk melenyapkan Sambernyawa. Sebagai ikatan perjanjian yang baru
antara bekas musuh maka Mangkubumi bersedia untuk memberikan isterinya Raden
Ayu Retnosari dari Sukowati kepada Belanda atau VOC sebagai tanda perjanjian
persahabatan yang baru itu. Akhirnya Pangeran Mangkubumi menjadi raja sendiri;
sultan Hamengkubuwana I di kota baru yang dinamakan Yogyakarta Karya sastra ini
memuat visi Yasadipura dari peristiwa di atas ini. Secara umum karya sastra ini
dianggap indah dan mendapatkan kritik yang baik oleh para pakar kesustraan
Jawa.
Γ Untuk
mengetahui contoh Babad Giyanti tersebut, silahkan Anda amati gambar 4.2
berikut ini:
Gambar
4.2. Babad Giyanti
|
1.
Definisi Syair
Syair merupakan puisi
lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari empat baris yang berahir dengan bunyi
yang sama. Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan
telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata
syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur
berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair
dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan
tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi
sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi.
2. Ciri-ciri Syair
Ciri-ciri
syair, antara lain sebagai berikut:
1.
Setiap
bait terdiri atas empat baris.
2.
Setiap
baris terdiri atas 8 sampai 14 suku kata.
3.
Semua
baris merupakan isi.
4.
Syair
bersajak aaaa.
5.
Setiap
bait syair tidak dapat berdiri sendiri.
6.
Biasanya,
setiap baris terdiri atas empat kata.
3.
Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam yang Berupa Syair
v
Syair Abdul Muluk Syair Abdul Muluk”
menceritakan kisah seorang putra raja Hindustan yang bernama Abdul Muluk. Dia
adalah putra Abdul Hamid Syah. Abdul Hamid Syah sangat bergembira melihat
anaknya sudah cukup dewasa. Pada saat mencapai usia tiga belas tahun, ia tampak
sudah sangat dewasa. Selain pemikirannya yang cemerlang, parasnya yang tampan,
ia juga sangat bijak dalam menghadapi banyak persoalan sehingga banyak orang yang
mengagumi dan menyukainya. Tema ”Syair Abdul Muluk” adalah kisah putra raja
yang bijak. Pesan atau amanatnya adalah hendaklah kita menjadi orang yang bijak
dan baik
budi agar dicintai sesama.
budi agar dicintai sesama.
·
Contoh Syair Abdul Muluk:
Syair
Abdul Muluk
Berhentilah
kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula suatu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka Sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putra baginda,
Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik menjelis usulnya syahda,
Tiga belas tahun umurnya ada.
Parasnya elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina.
Tersebutlah pula suatu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka Sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putra baginda,
Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik menjelis usulnya syahda,
Tiga belas tahun umurnya ada.
Parasnya elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina.
v Demikianlah
uraian materi tentang peninggalan sejarah yang bercorak Islam berupa syair.
Untuk menguji pemahaman Anda, maka isilah tabel 1.1 berikut ini, Dan untuk
mengetahui kebenaran jawaban Anda. Silahkan tanyakan kepada guru bina Anda.
Tabel 1.1. peninggalan
sejarah yang bercorak Islam berupa syair
Definisi Syair
|
Ciri-ciri Syair
|
Contoh syair
|
v
Setelah Anda mengisi tabel 1.1. Silahkan
Anda simak uraian materi selanjutnya.
SULUK
1. Definisi Suluk
Suluk secara harfiah
berarti menempuh (jalan). Dalam kaitannya dengan agama Islam dan sufisme,
kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah.
Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam
melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus
aturan-aturan esoteris agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup
hasrat untuk Mengenal Diri, Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan
Pencarian Kebenaran Sejati (ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup
dengan melakukan syariat lahiriah sekaligus syariat batiniah demi
mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan. Kata suluk berasal
dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69, Fasluki
subula rabbiki zululan, yang artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang
telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik.
2.
Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam yang Berupa Syair
Kitab suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan
kerajaan Islam di Nusantara contohnya:
v Suluk Wujil
·
Oleh
karena itu ketahuilah
Tempat datangnya yang menyembah Dan Yang Disembah Pribadi besar mencari hakikat diri Dengan tujuan ingin mengetahui Makna sejati hidup Dan arti keberadaannya di dunia Karena itu, Wujil, kenali dirimu Kenali dirimu yang sejati Ingkari benda Agar nafsumu tidur terlena Dia yang mengenal diri Nafsunya akan terkendali Dan terlindung dari jalan Sesat dan kebingungan Kenal diri, tahu kelemahan diri Selalu awas terhadap tindak tanduknya |
Apakah
salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini: Jangan lakukan salat Andai tiada tahu siapa dipuja Bilamana kaulakukan juga Kau seperti memanah burung Tanpa melepas anak panah dari busurnya Jika kaulakukan sia-sia Karena yang dipuja wujud khayalmu semata Lalu apa pula zikir yang sebenarnya? Dengar: Walau siang malam berzikir Jika tidak dibimbing petunjuk Tuhan Zikirmu tidak sempurna Zikir sejati tahu bagaimana Datang dan perginya nafas Di situlah Yang Ada, memperlihatkan Hayat melalui yang empat Pedoman hidup sejati Ialah mengenal hakikat diri Tidak boleh melalaikan shalat yang khusyuk |
v Demikianlah
uraian materi tentang peninggalan sejarah yang bercorak Islam berupa syair.
SOAL-SOAL
EVALUASI
|
A.
Berilah
tanda silang (X) huruf a.b.c atau d pada
jawaban yang paling benar!
1.
Salah
satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, cerita
pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi
memiliki pesan dan amanat kisah, dongeng maupun sejarah merupakan………
a.
Suluk
b.
Babad
c.
Hikayat
d.
Syair
2.
Hikayat Hang Tua sebuah karya sastra
Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Dalam zaman kemakmuran
Kesultanan…………….
a.
Malaka
b.
Melayu
c.
Aceh
d.
Cirebon
3.
Babad
merupakan penulisan sejarah tradisional atau historiografi tradisional sebagai
suatu bentuk dan suatu kultur yang berfungsi antara lain……….
a. Melegitimasi
(mengesahkan) asal–usul leluhur, kejadian/peristiwa, desa, pura atau hal – hal lainnya.
b.
Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian
Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati (ilahiyyah),
c.
Sebagai ikatan perjanjian yang baru
antara bekas musuh maka Mangkubumi bersedia untuk memberikan isterinya Raden
Ayu Retnosari dari Sukowati kepada Belanda atau VOC
d.
melaksanakan aturan-aturan eksoteris
agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan esoteris agama Islam
4.
Syair Abdul Muluk Syair Abdul Muluk”
menceritakan kisah seorang putra raja Hindustan yang bernama…………………..
a.
Abdul Hamid Syah
b.
Amir Hamzah
c.
Abdul Muluk
d.
Hang Kesturi
5.
Kata suluk berasal dari
terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69, Fasluki
subula rabbiki zululan, yang artinya………….
a.
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
jika kaulakukan sia-sia karena yang dipuja wujud khayalmu semata
b. Kenal
diri, tahu kelemahan diri selalu awas terhadap tindak tanduknya
c. Dan
tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu).
Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik.
d. Memberi hati bimbang gulana,
kasih kepadanya mulya dan hina.
B. Jawablah Pertanyaan-pertanyaan berikut
dengan singkat dan jelas!
1.
Ulaskan
kembali mengenai cerita Hikayat Amir hamza!
Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2.
Sebutkan
tiga
golongan dari babad!
Jawab:………………….…………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3.
Bagaimanakah
definisi dari karya sastra syair?
Jawab:………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4.
Jelaskan
isi cerita mengenai Syair Abdul Muluk Syair
Abdul Muluk!
Jawab:………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5.
Bagaimana
bunyi beberapa bait suluk Wijil karya Sunan Bonang!
Jawab:………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Alkulturasi bentuk peninggalan sejarah yang bercorak
Islam dengan kebudayaan setempat di berbagai daerah di Indonesia berupa upacara, tradisi
dan pendidikan
|
KOMPETENSI DASAR
·
Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama,
kebudayaan dan kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai
peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Indikator:
ΓΌ Menganalisis
dan menjelaskan upacara Tahlil dan Ziarah kubur
ΓΌ Mendiskripsikan tradisi – tradisi sekaten dan gerebeg
maulud yang masi terjadi di daerah-daerah
ΓΌ Memahami
perkembangan dakwa dan Pengajian Al-Quran di Indonesia
ΓΌ Menganalisis
tradisi ramadhan
Alokasi waktu: 4 x
45 menit
|
Tahlilan
dan ziarah kubur
1. Definisi Tahlilan
Pada mempersiapkan penguburan orang
mati yang ditandai dengan memandikan, mengkafani, menshalati dan pada akhirnya
menguburkan. Setelah penguburan itu selama sepekan, tiap malam hati diadakan
slametan mitung dina (tujuh hari), yaitu kirim doa dengan didahului bacaan
tasybih, tahmid, takbir, tahlil, dan shalawat Nabi yang secara keseluruhan
rangkaian bacaan itu disebut tahlilan. Istilah tahlil itu sendiri berarti
membaca dzikir dengan bacaan laa ilaalah illallaah. Slametan yang sama
dilakukan pada saat kematian iyu sudah mencapai 40 hari (matang puluh), 100
hari (nyatus), satu tahun (mendhak sepisan), dua tahun (mendhak pindo), dan
tiga tahun (nyewu). Tahlilan kirim doa kepada leluhur terkadang dilakukan juga
oleh kelurga bersama-sama pada saat-saat ziarah kubur, khususnya pada waktu
menjelang bulan Ramadha. Tahlilan lebi meluas penggunaanya. Tahlilan tidak saja
di baca sebagai upaya mendoakan ahli kubur, tetapi tahlil dibaca sebagai
pelengkap dari doa selametan. Sehingga kapan saja di adakan upacara selametan
dimungkinkan juga untuk dibacakan tahlilan. Misalnya pada waktu mau pinda
rumah, syukuran sembuh dari sakit,naik pangkat dan lain sebagainya.
Γ Untuk
mengetahui gambaran mengenai tahlilan tersebut, silahkan Anda amati
gambar
4.3. berikut ini:
Gambar
4.3. Tahlilan
|
2. Definisi Ziarah Kubur
Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean
orang Islam yang sudah wafat, baik orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi. Upacara
ziarah kubur ini di sebut sebagai upacara nyadran. dalam tata-cara pelaksana'annya diketahui
bahwa Ziarah Kubur terdiri dari 4 (empat) macam :
a. Ziarah orang-orang mulia yang
masih hidup ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya Fatimah ra (putri
Nabi SAW) setiap hari Jum'at ke makam Hamzah bin Abdul Muttholib ra, dan
berziarahnya 'Aisyah ra (istri Nabi SAW) ke makam saudaranya Abdurrahman bin
Abu Bakar ra, begitu pula berziarahnya Imam Syafi'ie ra ke makam Imam Abu
Hanifah al-Nu'man ra.
b. Ziarah orang-orang mulia yang
masih hidup ke makam orang-orang biasa (awam). Seperti berziarahnya Nabi SAW ke
makam para syuhada Uhud, begitu pula berziarahnya Nabi SAW ke makam seorang
wanita tua yang selalu menyapu halaman masjid.
c. Ziarah orang-orang biasa (awam)
ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya kaum muslimin ke makam Nabi SAW
di Madinah. Begitu pula berziarahnya orang-orang biasa (awam) ke makam para
Nabi dan Rasul Allah, serta para Waliyullah, para Ulama dan orang tua.
d.
Ziarah orang-orang biasa (awam)
ke makam orang-orang biasa (awam).
v Tujuan Ziarah Kubur
Adapun tujuan dari kegiatan Ziarah
Kubur adalah sebagai berikut:
a. Mendo'akan kepada ahli kubur
supaya mendapat Maghfiroh dan Rahmat dari Allah SWT, serta senantiasa mendapat
kelapangan dalam kubur. Dan dijadikan kuburnya Raudhoh min Riyadhil Jannah
(taman Syurga) serta selamat dari azab kubur. Karena orang-orang yang telah
meninggal dunia sangat mengharap kiriman Do'a dari sanak saudara yang masih
hidup.
b. Sebagai tanda Bakti anak kepada orang tua.
d. Sebagai tanda Cinta (Mahabbah)
kepada orang yang diziarahi, dan mengharap Barakah (Tabarruk) dari Allah SWT
ketika berziarah ke makam para Waliyullah atau para Ulama (Pewaris para Nabi).
Semoga keberkahan dan kebaikan yang Allah SWT berikan kepada mereka dapat
diberikan pula kepada kita yang menziarahi kubur mereka.
e. Mengingatkan diri pada Kematian
dan negeri akhirat. Sehingga timbul rasa penyesalan dan penuh dosa, yang
membangkitkan semangat untuk bertaubat, dan berbuat Taqwa kepada Allah SWT,
serta kepedulian terhadap sesama manusia, serta lapang dada dalam mema'afkan
kesalahan orang lain.
Γ Untuk
mengetahui gambaran mengenai ziarah kubur tersebut, silahkan Anda amati gambar 5.1.
berikut ini:
Gambar
5.1. Ziarah kubur
|
1. Tradisi Sekaten
Sekaten atau upacara Sekaten (berasal dari kata Syahadatain
atau dua kalimat syahadat) adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad
s.a.w. yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun
Hijrah) di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dulunya
dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk
mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam. Pada hari pertama,
upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa
kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai Nogowilogo dan Kyai
Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid
Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo
akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan
berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan
secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari
berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang
ke dalam Kraton. Di awal masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, Sunan
Kalijogo (salah seorang dari Wali Songo) mempergunakan instrumen musik jawa
Gamelan, sebagai salah satu sarana untuk menarik perhatian masyarakat, agar mau
datang untik menghadiri dan menikmati pagelaran karawitannya.
Pagelaran karawitan ini mempergunakan dua perangkat gamelan yang memiliki laras suara sangat merdu, yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu. Selain memainkan alat gamelannya, saat pagelaran Sunan Kali Jogo juga melakukan khotbah dan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an. Dan selama khotbahnya, Sunan Kali Jogo memberikan kesempatan bagi masyarakat yang berkeinginan untuk memeluk agama Islam. Mereka diwajibkan memengucapkan kalimat “Syahadat” yang sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam. Istilah “Syahadat” ini kemudian dikenal masyarakat Jawa dengan istilah “Syahadatain”, yang berangsur-angsur berubah menjadi “Syakatain” dalam pengucapannya. Dan saat ini lebih dikenal dengan istilah “Sekaten”.
Pagelaran karawitan ini mempergunakan dua perangkat gamelan yang memiliki laras suara sangat merdu, yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu. Selain memainkan alat gamelannya, saat pagelaran Sunan Kali Jogo juga melakukan khotbah dan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an. Dan selama khotbahnya, Sunan Kali Jogo memberikan kesempatan bagi masyarakat yang berkeinginan untuk memeluk agama Islam. Mereka diwajibkan memengucapkan kalimat “Syahadat” yang sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam. Istilah “Syahadat” ini kemudian dikenal masyarakat Jawa dengan istilah “Syahadatain”, yang berangsur-angsur berubah menjadi “Syakatain” dalam pengucapannya. Dan saat ini lebih dikenal dengan istilah “Sekaten”.
Γ Untuk
mengetahui gambaran mengenai rangkaian ritual sekaten tersebut, silahkan Anda
amati gambar 5.3. berikut ini:
Gambar 5.3.
Rangkaian Ritual Sekaten
|
2.
Tradisi Gerebeg Maulud
Acara puncak peringatan Sekaten
ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan di hari ulang tahun Nabi Muhammad
S.A.W mulai jam 8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam (bregodo/kompi)
prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro,
Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari
beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana
Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah
dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini
dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan
membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan
dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan
bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.
Untuk
mengetahui gambaran mengenai Tradisi mengarak gunungan di Grebeg Maulud
tersebut, silahkan Anda amati gambar 6.1. berikut ini:
Gambar
6.1. Tradisi mengarak
gunungan di Grebeg Maulud
|
1.
Dakwa
Pada abad 7
masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia
berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni
bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari
berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah
di pesisir-pesisir Nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut
atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami
sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Pada abad 13 Masehi ada
fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah
di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses
Islamisasinya melalui saluran-saluran:
- a) Perdagangan
- b) Pernikahan
- c) Pendidikan (pesantren)
Wali
Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang
tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam
pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di
hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng,
Petruk, dan Bagong.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
2.
Pengajian Al-Quran
Pengenalan
Islam ke Indonesia sejak awal perkembangannya pada abad VII hingga sekitar abad
XII belum dilakukan secara sistematis. Dakwah Islamiah secara sistematis baru
dilakukan berlangsung pada awal abad XIII ketika para pedagang Arabia berlayar
hingga ke Sumatra Utara. Kemudian, pada awal abad XV, mereka sampai di Jawa dan
menyebarkan Islam dengan cara yang ‘halus’. Para ulama Islam berhasil duduk
dalam birokrasi dan menjadi pemimpin upacara keagamaan diberbagai
kerajaan/kesultanan. Para ulama bahkan memasuki kehidupan kalangan istana
melalui perkawinan. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengenalkan Islam kepada
kalangan istana maupun rakyat kebanyakan yang tinggal di sekitarnya. Di pihak
lain, para sufi atau guru mistik melakukan perjalanan berkeliling pedalaman
untuk berdakwah kepada masyarakat di wilayah pedalaman. Mereka mendatangi
pusat-pusat pemukiman penduduk untuk mengenalkan dan mengajarkan Islam. Ketika
ajaran yang disampaikan menarik semakin banyak penduduk, maka pengajaran itu
mulai dipusatkan di suatu tempat dan dilaksanakan secara rutin. Sejak saat
itulah, tampaknya institusi pengajian mulai dikenalkan di wilayah Nusantara,
khususnya Jawa, untuk menyebut lembaga yang menyelenggarakan pengajaran Islam.
Pada awal kehadirannya, materi pengajian meliputi pelajaran membaca al-Qur’an, fiqh,
tauhid, dan tasawuf. Bahkan, pertengahan abad XVIII, kegiatan pengajian lebih
difokuskan pada kegiatan pengajaran al-Qur’an. Proses transmisi pengetahuan
pada waktu itu masih bersifat individual, yang lazim disebut sebagai mangaji
(mengaji) atau baguru (berguru). Pengajian yang bersifat komunal belum
berkembang.
Tradisi Ramadhan
Di Indonesia, dimana masyarakatnya
mayoritas muslim, berbagai acara atau tradisi menyambut Ramadhan banyak digelar
di berbagai daerah. Tentu saja caranya berbeda-beda namun semangatnya tetap
sama, yakni merupakan bentuk ucap syukur serta kegembiraan umat muslim akan
datangnya bulan puasa.Dalam kalender Islam, bulan Ramadhan akan di awali dengan
datangnya bulan Sya’ban.Nah di bulan Sya’ban ini biasanya banyak digelar
upacara tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan. Berikut ini tradisi
menyambut ramadhan dari berbagai daerah di indonesia :
1. Dugderan
Gambar
6.2. Dugderan
|
Tradisi “Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa
Tengah. Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug
diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda
datangnya awal bulan Ramadhan. Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara
dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug. Tradisi yang
sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan ditengah perkembangan jaman.
biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum puasa dimulai. Karena sudah
berlangsung lama, tradisi Dugderan ini pun sudah menjadi semacam pesta rakyat.
Meski sudah jadi semacam pesta rakyat –berupa tari japin, arak-arakan
(karnaval) hingga tabuh bedug oleh Walikota Semarang–, tetapi proses ritual
(pengumuman awal puasa) tetap menjadi puncak dugderan. Untuk tetap
mempertahankan suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya
diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran.
Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api.
Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api.
2. Padusa
Gambar
6.3. Padusan
|
Lain daerah pasti lain pula tradisinya, masyarakat di
Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melakukan upacara berendam atau
mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat kramat. Tradisi ini
disebut “Padusa” yang bermakna agar jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan
ibadah puasa bersih secara lahir dan batin.
Selain itu juga bermakna sebagai pembersihan diri atas segala kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya.
Selain itu juga bermakna sebagai pembersihan diri atas segala kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya.
3. Meugang
Gambar 7.1. Maugang
|
Berbeda dengan lainnya, di Nangroe Aceh Darussalam (NAD)
atau yang akrab disebut dengan kota “Serambi Mekah”, warganya menyambut
datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi
ini disebut “Meugang”, konon kabarnya tradisi “Meugang” sudah ada sejak tahun
1400 Masehi, atau sejak jaman raja-raja Aceh.
Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan oleh seluruh warga Aceh. Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging untuk dimakan, semua warga akan bergotong-royong membantu, agar semua warganya dapat menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan. Tradisi “Meugang” biasanya juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya Haji.
Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan oleh seluruh warga Aceh. Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging untuk dimakan, semua warga akan bergotong-royong membantu, agar semua warganya dapat menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan. Tradisi “Meugang” biasanya juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya Haji.
4. Balimau
Gambar
7.2. Balimau
|
Tradisi Balimau hampir sama dengan tradisi padusa, yakni membersihkan diri dengan cara berendam atau mandi bersama-sama di sungai atau tempat pemandian. Tradisi Balimau dilakukan oleh masyarakat Padang, Sumatera Barat. Biasanya tradisi ini dilakukan dari mulai matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan Ramadhan. Mirip dengan “Padusa”, makna dari tradisi Balimau ini berarti melakukan pembersihan diri secara lahir dan batin, agar seseorang siap menjalankan ibadah puasa.
5. Jalur Pacu
Gambar 7.3. Jalur Pacu
|
Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya memiliki
tradisi yang mirip dengan lomba dayung. Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di
sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat
akan tumpah ruah jadi satu menyambut acara tersebut. Tradisi yang hanya digelar
setahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang
matahari terbenam hingga malam.
6. Nyorog
Di Betawi, tradisi “Nyorog” atau membagi-bagikan bingkisan
makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua,
Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum
datangnya bulan Ramadhan. Meski istilah “Nyorog”nya sudah mulai menghilang,
namun kebiasan mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat
Betawi. Bingkisan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang
berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya. Tradisi
“Nyorog” di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan,
bahwa bulan suci Ramadhan akan segera datang, selain itu tradisi “Nyorog” juga
sebagai pengikat tali silahturahmi sesama sanak keluarga.
7. Mungguhan
Mungguhan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota
keluarga, sahabat dan bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil
menikmati sajian makanan khas untuk kemudian mempersiapkan diri masing-masing
dalam menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang. Tradisi ini adalah kebiasaan
yang dilakukan oleh orang sunda dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Biasanya tradisi ini dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat walaupun
dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi intinya tetap satu, yaitu berkumpul
bersama sambil menikmati sajian makanan yang disuguhkan. Inilah tradisi yang
biasa dilakukan ditengah masyarakat sunda pada umumnya yang secara turun
temurun terus dipertahankan oleh setiap generasi berikutnya.
SOAL-SOAL EVALUASI
|
A. Berilah tanda silang (X) huruf a.b.c atau d pada jawaban yang paling
benar.
1.
Kirim doa dengan didahului bacaan
tasybih, tahmid, takbir, tahlil, dan shalawat Nabi yang secara keseluruhan
rangkaian bacaan itu disebut…………..
a. Tahlilan
b. Dakwa
c. Sekaten
d. Gerebeg
Maulud
2.
Acara puncak peringatan Sekaten
ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan setiap hari…………….
a. Ulang
tahun Sultan Hamengkubuwono
b. Ulang
tahun Sunan Bonang
c. Ulang
tahun Nabi Muhammad S.A.W
d. Ulang
tahun Sunan Kalijaga
3.
Wali Songo mengembangkan dakwah atau
melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran…………..
a. Kekuasaan
dan Pemerintahan
b. Perdagangan,
Pernikahan, dan Pendidikan (pesantren)
c. Pengabdian
d. pelayaran
4.
Pertengahan abad XVIII, kegiatan
pengajian lebih difokuskan pada kegiatan pengajaran…………
a. Tasawuf
b. Tajwid
c. Akhlaq
d. Al-Quran
5.
Nama
“Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug berasal
dari………..
a. Suara
dari kentongan yang membangunkan orang puasa
b. Suara
dari ucapan sunan kudus untuk menggemakan adzan
c. Suara dari bedug masjid yang ditabuh
berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan
d. Bunyi
alunan nada pembacaan Al-Quran
B. Jawablah soal- soal berikut dengan
singkat dan tepat !
1. Sebutkan
empat macam tatacara ziarah kubur!
Jawab:
……………………..………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan
latar belakang masuknya dakwa di Indonesia
Jawab:
……………………………………………………………………………………..
….…………………………………………………………………………………
3. Bagaimanakah
tradisi Dugderan itu?
Jawab:
……………………………….……………………………………………..
……………………..………………………………………………………………
4. Bagaimanakah
tradisi Padusan itu berlangsung?
Jawab:
………………….…………………………………………………………………..
..……………………………………………………………………………………
5. Jelaskan
perbedaan dari tradisi Nyorog dan Mungguhan ?
Jawab:
……………………………………….……………………………………………..
………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud
Abdurrahman, dkk. 2000. Islam dan
Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media
Sudjianingsih,
Sri. 1994. Sejarah Daerah Jawa Tengah.
Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional
Syafi’I Jamal.
2006. Profil Kota Semarang. Semarang:
CV Imperium Agung
R.
Soekmono, Sejarah Kebudayaan
Indonesia 3, Kanisius, Yogyakarta, 1985
Nugroho
Notosusanto, dkk. 1992. Sejarah
Nasional Indonesia III. Jakarta: Depdikbud
Abu Bakar. 1962.
Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawwuf. Semarang: Ramadhani.
Poerbatjaraka. 1952. Kepustakaan
Djawa. Amsterdam/Jakarta: Djambatan.
KUNCI JAWABAN SOAL
BAB I
A.
Pilihan Ganda.
1. a
2. c
3. a
4. c
5. b
1. a
2. c
3. a
4. c
5. b
B. Essai
1.
Keunikan menara Masjid Kudus yaitu bentuk
menaranya yang menyerupai candi yang diberi atap tumpang, sedangkan menara
Masjid Banten menyerupai mercusuar Eropa.
2. Keraton merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan-kegiatan penting yang menyangkut urusan kerajaan. Keraton
juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja
beserta keluarganya
3. Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan
Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)
4.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam
dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut:
(1) Makam Sunan Langkat (di
halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
(2) Makam Walisongo
(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)
(4) Makam Raja Gowa
5.
kata
Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari CALLIGRAFY, yaitu Callos yang berarti
indah dan graph yang berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah,
atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan
BAB II
A.
Pilihan ganda
1.
c
2.
b
3.
a
4.
c
5.
c
B.
Essai
1.
Hikayat Amir
Hamzah
menceritakan perihal kegagahan dan keperwiraan seorang pejuang Islam, iaitu
Amir Hamzah, pada zaman sebelum dan awal kebangkitan Islam. Hikayat Amir Hamzah
merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam Sejarah Melayu,
semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini dikatakan telah
dibacakan bagi menaikan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia jelas menunjukkan
kehadirannya sebelum 1511 lagi
2.
babad yang
isinya tidak sesuai dengan judulnya, karena isinya jauh lebih luas dari
yang disebut dalam judulnya.
babad
yang
isinya menceritakan sejarah setempat; artinya isinya hanya menceritakan tentang
sejarah asal mula daerah tertentu.
babad yang isinya menceritakan suatu
periode tertentu dari sejarah Jawa, artinya isinya hanya menceritakan peristiwa
yang terjadi pada suatu masa tertentu
3.
Syair merupakan puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri
dari empat baris yang berahir dengan bunyi yang sama.
4.
”Syair Abdul Muluk” adalah kisah putra
raja yang bijak. Pesan atau amanatnya adalah hendaklah kita menjadi orang yang
bijak dan baik
budi agar dicintai sesama.
budi agar dicintai sesama.
5.
Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini: Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata
Renungkan ini: Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata
BAB
III
A. Pilihan
ganda
1. a
2. c
3. b
4. d
5. c
B.
Essai
1. a. Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup
ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya Fatimah ra (putri Nabi SAW)
setiap hari Jum'at ke makam Hamzah bin Abdul Muttholib ra, dan berziarahnya
'Aisyah ra (istri Nabi SAW) ke makam saudaranya Abdurrahman bin Abu Bakar ra,
begitu pula berziarahnya Imam Syafi'ie ra ke makam Imam Abu Hanifah al-Nu'man
ra.
b.
Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup ke makam orang-orang biasa (awam).
Seperti berziarahnya Nabi SAW ke makam para syuhada Uhud, begitu pula
berziarahnya Nabi SAW ke makam seorang wanita tua yang selalu menyapu halaman
masjid.
c.
Ziarah orang-orang biasa (awam) ke makam orang-orang mulia. Seperti
berziarahnya kaum muslimin ke makam Nabi SAW di Madinah. Begitu pula
berziarahnya orang-orang biasa (awam) ke makam para Nabi dan Rasul Allah, serta
para Waliyullah, para Ulama dan orang tua.
2.
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke
Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India
yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina,
dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai
merambah di pesisir-pesisir Nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia melalui
para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga
membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami.
3. Dugderan adalah tradisi tahunan masyarakat Semarang yang di
lakukan untuk menyambut bulan Suci Ramadhan. Sebuah tradisi yang dilakukan
secara turun-temurun sejak dahulu kala.
4.
masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melakukan upacara
berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat kramat.
5.
Nyorog yakni membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang
lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah
kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan sedangkan
Mungguhan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan
bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian
makanan khas untuk kemudian mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi
bulan Ramadhan yang akan datang.