Jumat, 22 Juni 2012

Modul Pembelajaran Sejarah untuk kelas VII SMP


                                                         KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat bagi penulis, sehingga “Modul Pembelajaran” ini dapat selesai dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kasimanuddin sebagai Dosen Pembimbing, teman-teman Offering A Pendidikan Sejarah 2010 Universitas Negeri Malang, dan juga orang tua yang senantiasa mendukung penulis sehingga penulisan modul ini tidak menemui kendala yang berarti. Tanpa kehadiran mereka, mungkin pembuatan modul ini tidak akan berjalan lancar.
            Penulis berharap dengan dibuatnya modul ini, akan memberikan manfaat kepada masyarakat pada umumnya dan kepada penulis khususnya. Dengan modul ini, diharapkan guru, dosen, pengajar, atau bahkan siswa yang berminat untuk membaca modul sehingga pembelajaran dapat terbantu.
            Namun penulis juga seorang insan yang senantiasa melakukan kesalahan baik yang disengaja atau tidak disengaja. Untuk itulah, jika dalam pembuatan modul pembelajaan ini terdapat kekeliruan, mohon pembaca memberikan kritik yang membangun bagi penulis. Demikian pengantar dari penulis, selamat membaca.





Malang, 01 Mei 2012

Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…….…..I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..…………. II
SILABUS…………………………………………………………………… …..III
PENDAHULUAN
                               I.            Latar belakang…………………………………………………………………1
                            II.            Standart Kompetensi………………………………………………………..1
                         III.            Alokasi waktu…………………………………………………………………..1
                         IV.            Deskripsi modul……………………………………………………………..2
                            V.            Petunjuk penggunaan modul……………………………………………..……2
                         VI.            Tujuan akhir…………………………………………………………….…2
            PEMBELAJARAN
BAB I Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam di Berbagai Daerah di Indonesia berupa Seni Bangun, Pahat dan Seni Ukir……………..................………3
A.      Masjid …………………………..………………………………………….3
B.      Keraton……………………………………………………………………7
C.      Makam dan  nisan……………………………….…………………………11
D.      Kaligrafi……………………………….…………………………………..13
Soal-soal Evaluasi……………………………………………………………………..15
BAB II Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam di Berbagai Daerah di Indonesia berupa Seni Sastra…………………………………………………………….17
A. Hikayat……………….………………………………………………….…..17
B.  Babad………………………...…………………………………………….…20
C.  Syair……………………………………………………………………....23
D. Suluk…………………….………………………………………………..25
Soal-soal Evaluasi……………………………………………………………….………27
BAB III Alkulturasi Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam dengan Kebudayaan Setempat di Berbagai Daerah di Indonesia berupa Upacara dan Tradisi………..……………………………………………………….….…..29 
A.    Tahlilan dan Ziarah Kubur………………………………………..………..29
B.     Sekaten dan Gerebek Maulid………………………….………………….…32
C.     Dakwa dan Pengajian Al-Quran………………………………………34
D.    Tradisi Ramadhan…………………………………………………………36
Soal- soal Evaluasi……………………………………………………………….…..40
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…43
LAMPIRAN………………………………………………………………….……44
SILABUS
Mata Pelajaran                        : Sejarah
Semester                                  : II
Standart Kompetensi              : Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia               dan Peninggalannya

No
Kompetensi
Dasar
                Indikator              
Materi
Pokok
Alokasi
Waktu
1.
Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama, kebudayaan dan kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai peninggalan-peninggalan sejarahnya.
ΓΌ  Mengidentifikasi bentuk dari setiap bagian masjid di berbagai daeraMendiskripsikan  peninggalan kraton di Indonesia
Menjelaskan ciri-ciri makam dan nisan Islam di Indonesia
Menganalisis peninggalan kebudayaan Islam berupa seni ukir di Indonesia

Bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia berupa seni bangun, pahat dan seni ukir.

4 x 45 menit


Menganalisis dan menjelaskan jenis hikayat
Memahami peninggalan babad islam di Indonesia
Mendiskripsikan peninggalan Syair Islam di Indonesia
Menjelaskan dan memberikan contoh peninggalan-peninggalan sejarah berupa  suluk di Indonesia

Bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia berupa seni sastra.

4 x 45 menit


 Menganalisis dan menjelaskan upacara Tahlil dan Ziarah kubur
Mendiskripsikan  tradisi – tradisi sekaten dan gerebeg maulud yang masi terjadi di daerah-daerah
Memahami perkembangan dakwa dan Pengajian Al-Quran di Indonesia
  Menganalisis tradisi Ramadhan


Alkulturasi bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam dengan kebudayaan setempat di berbagai daerah di Indonesia berupa upacara, tradisi dan pendidikan

4 x 45 menit

Pendahuluan
           I.        Latar belakang
Kebudayaan adalah hasil berpikir dan merasa manusia yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Wujud budaya tak lepas dari situasi tempat dan waktu dihasilkannya unsur kebudayaan tersebut.  Di berbagai negara para penganut Islam berusaha menampilkan suatu citra cita ke Esaan Tuhan lewat bermacam   karya budaya. Karya-karya budaya  bercorak Islam di Nusantara tampil dengan ciri khasnya sendiri yang menambah khasana budaya Indonesia. Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam di Indonesia, yaitu seni bangun, seni ukir, seni sastra serta tradisi, upacara dan social. Lewat seni bangun, Islam mampu menjangkau segmen lebih luas masyarakat pribumi, termasuk para elitnya. Sunan Kudus misalnya untuk menarik masyarakat nusantara pada masa itu yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, Sunan Kudus membangun masjid yang menaranya di buat seperti bangunan candi. Dan masi banyak kebudayaan-kebudayaan islam yang masi di pergunakan masyarakat di Indonesia sekarang ini seperti halnya tradisidan upacara sekaten
I.          STANDART KOMPETENSI
      Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya.

  II.          ALOKASI  WAKTU
      Alokasi waktu yang digunakan untuk dapat mengerjakan modul ini adalah 16 jam pelajaran dimana tiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Setiap pertemuannya 2 x 45 menit.

III.          DESKRIPSI MODUL
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata pelajaran sejarah untuk SMP kelas VII  yang bila digunakan dengan tepat akan mempermudah dalam proses pembelajarannya. Di dalam modul ini terdapat 3 bab dengan tema besar Arsitektur Masjid Agung Kauman Semarang. Yang pada masing-masing babnya membahas tentang materi yang berbeda. Bab I bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia berupa seni bangun, pahat dan seni ukir. Bab II bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia berupa seni sastra dan pada Bab III membahas tentang alkulturasi bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam dengan kebudayaan setempat  di berbagai daerah di Indonesia berupa upacara, tradisi.
    
       IV.        PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1)      Sebelum pembelajaran
-          Di dalam modul ini terdiri dari 3 bab. Sebelum masuk ke materi, akan disajikan pendahuluan terlebih dahulu.
-          Silabus yang terdiri dari kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu yang disajikan pada awal bab, sebagai pedoman bagi pangguna modul untuk mencapai arah dan tujuan pembelajaran.
2)      Selama pembelajaran
-          Pendalaman materi pada modul.
-          mempelajari, mencatat, dan bertanya mengenai materi.
-          pengawasan  kegiatan belajar dan menjawab pertanyaan.
-          Latihan soal (evaluasi) yang diajukan pada akhir pembahasan.
-          Mengevaluasi jawaban pada lembar jawaban dengan kunci jawaban.
3)      Setelah pembelajaran
-          menerima keputusan guru untuk meneruskan belajar pada materi selanjutnya, tetap pada materi yang sama

        V.        TUJUAN AKHIR
            setelah mempelajari modul ini, diharapkan kepada para pengguna modul untuk dapat memahami bentuk dan peninggalan sejarah yang bercorak Islam dapat menarik kesimpulan sendiri serta mengambil nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.



Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam di Berbagai Daerah di Indonesia berupa Seni Bangun, Pahat dan Seni Ukir

Bab I     
KOMPETENSI DASAR
·         Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama, kebudayaan dan kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Indikator:
ΓΌ  Mengidentifikasi bentuk dari setiap bagian masjid di berbagai daerah
ΓΌ  Mendiskripsikan  peninggalan kraton di Indonesia
ΓΌ  Menjelaskan ciri-ciri makam Islam di Indonesia
ΓΌ  Menganalisis peninggalan kebudayaan Islam berupa seni ukir di Indonesia
Alokasi waktu: 4 x 45 menit

MASJID

1.         Definisi Masjid
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Masjid-masjid awal yang dibangun pasca penetrasi Islam ke nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di Timur Tengah. Salah satunya tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan. Kubah digantikan semacam meru, susunan limas tiga atau lima tingkat, serupa dengan arsitektur Hindu. Masjid Banten memiliki meru lima tingkat, sementara masjid Kudus dan Demak tiga tingkat. Namun, bentuk bangunan dinding yang bujur sangkar sama dengan budaya induknya. Masjid juga berperan sebagai tempat membina jiwa dn pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Di masjid umat Islam di bina dan senantiasa mengingat Allah.


2.            Peninggalan Masjid di Indonesia
  Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak masjid didirikan dan termasuk masjid kuno, di antaranya masjid Demak, masjid Kudus, masjid Banten, masjid Cirebon, masjid Ternate, masjid Angke, dan sebagainya.
a.          Masjid Angke
Masjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun pada abad ke-18. Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke merupakan masjid tua yang masih terlihat kekunoannya. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dan hiasan yang cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Masjid ini dibangun pada tahun 1761. Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah yang namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang berukuran sedang disebut masjid, dan yang ukuran besar disebut masjid agung atau masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama Islam (tempat orang melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai tempat penggemblengan jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
b.         Masjid Demak
Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan masjid terletak di Kadilangu, Demak. Masjid ini beratap tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu. Masjid Demak didirikan dengan bantuan para wali (walisongo). Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan masjid ini terletak pada salah satu tiang utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan kayu yang disebut tatal (soko tatal).
c.     Masjid Kudus
        Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu.
d.     Masjid Banten
        Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai mercusuar.
e.     Masjid Cirebon
        Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat.
3.     Corak Khas Bangunan Masjid di Indonesia
        Beberapa hal yang menarik dan menjadi corak khas dari bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia adalah sebagai berikut:
1)      Masjid mempunyai dena bujur sangkar.
2)      Pada sisi barat terdapat bangunan yang meninjol untuk mihrab.
3)      Di kedua sisi majid kadang kala ada serambi di atas pondasi yang agak tinggi.
4)      Atap masjid kebanyakan beratap tumpang (atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil, dan yang paling atas berbentuk limas).
5)      Halaman masjid di kelilingi pagar tembok dengan satu atau dua pintu gerbang.
6)      Di dalam masjid terdapat barisan tiang yang mengelilingi empat tiang induk yang di sebut sokoguru.
7)      Di kiri atau kanan masjid terdapat menara sebagai tempat menyerukan panggilan sholat.
8)      Letak masjid tepat di tengah-tengah kota atau dekat dengan istana.
9)      Di sekitar masjid (kecuali bagian barat) biasanya terdapat tanah lapang (alun-alun).
Di Indonesia hanya ada dua masjid yang memiliki menara peninggalan kerajaan islam, yaitu menara Masjid Kudus dan menara Masjid Banten. Kedua menara tersebut sama-sama mempunyai ke unikan. Keunikan menara Masjid Kudus yaitu bentuk menaranya yang menyerupai candi yang diberi atap tumpang, sedangkan menara Masjid Banten menyerupai mercusuar Eropa.
4.    Seni bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam
         Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid. Untuk lebih jelasnya silahkan Anda simak gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1. Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia.



v   Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar 1.1. memiliki
ciri sebagai berikut:
a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin
kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada
di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau  bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun ataun bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengann makam.
v   Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada gambar 1.1 Anda
dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.
v   Apakah di daerah Anda terdapat bangunan masjid kuno ? Kalau ada, silahkan Anda
mengkaji sendiri ciri-cirinya, apakah sesuai dengan uraian dalam modul ini? Selanjutnya silahkan Anda menyimak uraian materi seni bangunan berikutnya.

                                      Keraton


1.       Definisi Kraton
Keraton merupakan tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting yang menyangkut urusan kerajaan. Keraton juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak keraton sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Keraton dibangun sebagai lambang pusat kekuasaan pemerintah. Pada umumnya keraton-keraton kerajaan Islam di bangun dengan mengarah ke utara atau agak ke utara. Bangunan utama keraton biasanya dikelilingi pagar tembok, parit atau sungai kecil buatan. Untuk memasuki bangunan utama harus melalui suatu tempat berupa pintu gerbang keraton. Halaman keraton dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian paling belakang amat disakralkan dan tidak boleh sembarangan orang memasukinya. Di depan keraton terdapat lapangan luas yang disebut alun-alun. Biasanya di tengah-tengah alun-alun ditanam pohon beringin sebagai lambang pengayoman sultan terhadap rakyatnya.
2.            Peninggalan Keraton di Indonesia        
Di Indonesia banyak Beberapa keraton yang tersebar di berbagai daerah. Bahkan hingga sampai saat ini keraton masi di pergunakan sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan sultan dan keluarganya. Seperti halnya Keraton Yogyakarta yang sekarang ini masi di jadikan Sultan Hamengkubuono X sebagai kediamannya beserta keluarganya dan  menjalankan pemerintahannya sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini akan di sebutkan contoh keraton yang ada di Indonesia yakni sebagai berikut:
a.       Keraton Cirebon
         Keraton Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636. Letaknya di kota Cirebon, Jawa Barat. Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya. Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan. Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.
b.            Istana Keraton Surakarta
Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik.
c.             Keraton Yogyakarta

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
v   Untuk mengetahui bentuk keraton tersebut, silahkan Anda amati gambar 1.2, 1.3 dan 2.1 berikut ini.


Gambar 1.2. Kraton Cirebon


Gambar 1.3. Kraton Yogyakarta




Gambar 2.1. Kraton Surakarta




v   Demikianlah uraian materi tentang bentuk peninggalan Islam berupa seni bangun Kraton di Indonesia. sebenarnya masih banyak contoh seni bangun Kraton yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda. Hasil diskusi Anda, nanti Anda kumpulkan kepada guru bina di sekolah penyelenggara.
                                                   Makam dan Nisan



1.   Definisi Makam dan Nisan Islam
Makam merupakan tempat kediaman terahir seorang yang telah meninggal. Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
2.      Corak Khas Bangunan Makam Islam
Setelah diadakan upacara jenazah pada hari ke-100 biasanya bangunan makam akan terlihat lengkap dan dibuat secara permanen, terutama makam raja atau kalangan bangsawan. Makam kuno Islam terdiri dari:
1)      Jirat adalah bangunan yang dibuat dari batu atau tembokan yang berbentuk persegi panjang dengan arah lintang utara-selatan.
2)      Nisa adalah tongak pendek dari batu yang ditanam di atas gundukan tanah sebagai tanda kubur yang biasanya dipasang di ujung utara dan seatan jirat.
3)      Cangkup adalah bangunan mirip rumah yang berada di atas jirat.
3.       Peninggalan Makam Kuno yang bercorak Islam di Indonesia
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut:
(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
(2) Makam Walisongo
(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)
(4) Makam Raja Gowa
4.     Peninggalan Nisan Kuno yang bercorak Islam      
(1) Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M);
(2) Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);
(3) Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;
(4) Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan
(5) Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.
v  Untuk mengetahui bentuk keraton tersebut, silahkan Anda amati gambar 2.2 dan 2.3 berikut ini:

Gambar 2.2. Makam Sulta Hasanuddin Sultan Gowa ke-16.



Gambar 2.3. Batu Nisan Sultan Malik alsaleh

v   Dari gambar 2.2 dan 2.3 tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa makam dan nisan tersebut ialah makam kuno yang bercorak Islam. Demikianlah uraian materi tentang seni bangun makam dan nisan.

                                    Kaligrafi
 
1.       Definisi Kaligrafi
Secara Etimologi, kata Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari CALLIGRAFY, yaitu Callos yang berarti indah dan graph yang berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah, atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan.
Seni kaligrafi mulai berkembang pada abad ke-16 berupa tulisan indah dalam bahasa Arab yang di pahat pada sebuah batu. Seni kaligrafi biasanya memiliki sebuah gambar dengan pola beragam, misalnya daun-daunan, perbukitan atau bahkan sekedar garis-garis geometri.


2.   Bentuk Seni Pahat Kaligrafi
Senikaligrafi yang tumbuh subur itu biasanya dituangkan pada masjid dan makam. Letak bagian masjid yang mendapat ukir-ukiran umumnya hanya di bagian mimbar. Hal ini dapat dilihat pada hiasan Masjid Mantingan di kota Jepara sebagai contoh berikut ini:

Gambar 3.1. Relief di Masjid Mantingan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
 
v   Dari gambar 3.1 tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa Satu citra yang telah begitu melekat dengan Jepara adalah predikatnya sebagai “Kota Ukir” atau Ukiran Jepara. Demikianlah uraian materi tentang seni ukir kaligrafi.

SOAL-SOAL EVALUASI
 

A.   Berilah tanda silang (X)  huruf a.b.c atau d pada jawaban yang paling benar!

1.      Bagaimana ciri atap masjid-masjid kuno di Indonesi…………….
a.             Beratap tumpang (atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil, dan yang paling atas berbentuk limas).
b.            Terdapat barisan tiang yang mengelilingi empat tiang induk
c.             Terdapat mimbar dan menara untuk menyeruhkan sholat
d.            Terdapat pondasi yang agak tinggi
2.      Keraton yang didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636, yaitu…………
a.             Keraton kesultanan Aceh
b.            Keraton Cirebon
c.             Keraton Surakarta
d.            Keraton Yogyakarta
3.      Corak khas bangunan makam kuno Islam terdidi dari………………….
a.             Jirat, nisan dan Cangkup
b.            Nisan, soko guru dan mimbar
c.             Jirat, serambi dan taman
d.            Cangkup, menara dan mimbar
4.      Nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M) yakni…………..
a.             Batu nisan di Aceh
b.            Batu nisan di Sulawesi Selatan
c.             Batu nisan di Leran, Gresik
d.            Batu nisan di Troloyo dan Trowulan
5.    Seni kaligrafi mulai berkembang pada abad ke-16 berupa tulisan indah dalam bahasa………
a.             Persia
b.            Arab
c.             Gujarat
d.            Jawa kuno
B.     Jawablah Pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1.            Jelaskan Keunikan menara Masjid Kudus dan Masjid Banten!
Jawab:…………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………….
2.            Jelaskan Definisi dan fungsi dari keraton!
Jawab:…………………………………………………………………………………………….............................................................................................................
3.            Sebutkan tujuh kompleks inti yang berada di istana para Sultan Yogyakarta!
Jawab:…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
4.            Sebutkan peninggalan sejarah yang bercorak Islam dalam bentuk makam!
Jawab:…………………..…………………………………………….…………..
……………………………..……………………………………………………..
5.            Bagaimana pengertian dari nama kaligarafi?
Jawab:……………………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………..

Bentuk Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam di Berbagai Daerah di Indonesia berupa Seni Sastra
BAB II
KOMPETENSI DASAR
·         Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama, kebudayaan dan kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Indikator:
ΓΌ  Menganalisis dan menjelaskan jenis hikayat
ΓΌ  Memahami peninggalan babad islam di Indonesia
ΓΌ  Mendiskripsikan peninggalan Syair Islam di Indonesia
ΓΌ  Menjelaskan dan memberikan contoh peninggalan-peninggalan sejarah berupa  suluk di Indonesia
Alokasi waktu: 4 x 45 menit


           Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara
atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang
tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan
Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda
a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab.
 
                                      HIKAYAT
                                              
1.  Definisi Hikayat                                                                                
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita,  cerita pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat kisah, dongeng maupun sejarah . Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama.

2.       Ciri-ciri Hikayat
1.      Berisi kisah - kisah kehidupan lingkungan istana (istana sentris)
2.      Banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai - nilai Islam
3.      Nama nama tokoh dipengaruhi oleh nama - nama Arab
4.      Ditemukan tokoh dengan karakter diluar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
5.      Tidak ada`pembagian bab atau judul
6.      Juru cerita tidak pernah disebuntak secara eksplisit (anonim)
7.      Sulit membedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
8.      Banyak menggunaka kosakata yang kini tidak lazim digunakan dalam komunikasi sehari – hari
9.      Seringkali menggunakan pernyataan yang berulang – ulang
10.  Peristiwa seringkali tidak logis
11.  Sulit memahami jalan ceritanya
12.  Bersifat istana centris
13.  Berbahasa klise,meniru bahasa penutur sebelumnya
14.  Bersifat logis,menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri

3.     Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam yang Berupa Hikayat
v  Hikayat Hang Tua sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah, seorang laksamana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah gubug reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili negeranya dalam segala hal. Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf Jawi wau; "ο»­" dan ra; "οΊ­" bentuknya sangat mirip. Tetapi yang lain menolak dan mengatakan bahwa kelima kawan ini adalah versi Melayu daripada para Pandawa lima, tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata. Hikayat ini berputar pada kesetiaan Hang Tuah pada Seri Sultan. Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang, teman karibnya, Hang Jebat yang memberontak membelanya akhirnya malah dibunuhnya. Hal ini sampai sekarang terutama di kalangan Bangsa Melayu masih kontroversial. Selain itu setting cerita ini adalah di Malaka sekitar abad ke-14 Masehi. Sebab banyak diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka dan Majapahit. Banyak kritik ditujukan kepada orang Jawa dalam hikayat ini. Meskipun begitu senjata paling ampuh, yaitu sebilah keris, berasal dari Majapahit. Malah Hang Tuah lima bersaudara dikatakan menuntut banyak ilmu kebatinan dari petapa Jawa.
Ø   Untuk mengetahui contoh Hikayat Hang Tua tersebut, silahkan Anda amati gambar 3.2 berikut ini:

Gambar 3.2. Hikayat Hang Tuah

v   Hikayat Amir Hamzah menceritakan perihal kegagahan dan keperwiraan seorang pejuang Islam, iaitu Amir Hamzah, pada zaman sebelum dan awal kebangkitan Islam. Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini dikatakan telah dibacakan bagi menaikan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi. Dalam versi bercetak edisi 1987 terdapat 245,273 perkataan di dalamnya. Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini dikatakan telah diberikan oleh Sultan Melaka untuk dibacakan bagi menaikkan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi.
Ø   Untuk mengetahui contoh Hikayat Amir Hamzah tersebut, silahkan Anda amati gambar 3.3 berikut ini:
Gambar 3.3. Hikayat Amir Hamzah susunan S. A, Dahlan terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (Cetakan 1969.)


                                        BABAD

  
1.    Definisi Babad
Dalam khazanah sastra Jawa, karya sastra sejarah disebut babad. Kata babad dalam khazanah sastra Jawa, karya sastra sejarah disebut babad. Kata babad dalam kosa kata Jawa berarti: merambah atau menebang pohon-pohon di hutan, memangkas semak belukar, mulai menggarap, dan cerita sejarah. Babad merupakan penulisan sejarah tradisional atau historiografi tradisional sebagai suatu bentuk dan suatu kultur yang membentangkan riwayat, dimana sifat – sifat dan tingkat kultur mempengaruhi dan bahkan menentukan bentuk itu sehingga historiografi selalu mencerminkan kultur yang menciptakannya. Cerita babad yang biasanya lebih berupa cerita dari pada uraian sejarah meskipun yang menjadi pola adalah memang peristiwa sejarah
2.  Golongan dan fungsi Babad
v  Babad terdiri dari tiga golongan yaitu:
1. babad  yang isinya tidak sesuai dengan judulnya, karena isinya jauh lebih luas    dari  yang disebut dalam judulnya.
2. babad yang isinya menceritakan sejarah setempat; artinya isinya hanya menceritakan tentang sejarah asal mula daerah tertentu
3. babad yang isinya menceritakan suatu periode tertentu dari sejarah Jawa, artinya isinya hanya menceritakan peristiwa yang terjadi pada suatu masa tertentu
v    Babad berfungsi antara lain yaitu:
a.     Untuk melegitimasi (mengesahkan) asal – usul/silsilah leluhur, kejadian/peristiwa,  desa, pura atau hal – hal lainnya.
b.     Sebagai penghormatan kepada leluhur.
c.     Sebagai penuntun para keturunan dalam menjalankan kewajibannya masing – masing.
d.    Sebagai sumber inspirasi seni.

3.  Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam yang Berupa Babad
v   Babad Tanah Jawi Merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa. Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman Mataram, buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa. Babad ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam. Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18. Babad ini telah dipakai sebagai salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.


Ø  Untuk mengetahui contoh Babad tanah Jawi tersebut, silahkan Anda amati gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1. Babad Tanah Jawi


v  Babad Giyanti adalah sebuah syair dalam bentuk tembang macapat yang dikarang oleh Yasadipura tentang sejarah pembagian Jawa pada 13 Februari 1755. Sesudah keraton dipindahkan ke Surakarta dari Kartasura karena dibakar oleh orang Tionghoa, maka Pangeran Mangkubumi pun keluar dari keraton dan marah sampai memberontak. Sebab tanah bengkoknya dikurangi banyak sekali. Maka berperanglah beliau melawan keraton Surakarta. Selama peperangan ini beliau dibantu oleh banyak pangeran dan bangsawan lainnya, antara lain Pangeran Sambernyawa (Mangkunegara I). Lalu Pangeran Sambernyawa dibuat panglima perang. Dalam peperangan ini, Pangeran Mangkubumi menaklukkan daerah-daerah di sebelah barat Surakarta, di daerah Mataram. Selanjutnya Pangeran Sambernyawa malahan bentrok dengan Pangeran Mangkubumi. Terjadinya bentrok ini karena kedua nya sama sama ingin mendapatkan supremasi tunggal kedaulatan yang tidak terbagi. Sambernyawa menjadi pesaing yang serius dari Mangkubumi dalam mendapatkan dukungan elite Jawa sebab ketika diambil pemungutan suara antara memilih Samber nyawa atau Mangkubumi maka pilihan dan dukungan kepada Sambernyawa melebihi dukungan kepada Mangkubumi. Melihat dukungannya berkurang, Mangkubumi menyerang sambernyawa dengan kekuatan bersenjata tetapi Samber nyawa alih alih dikalahkan, Mangkubumi bahkan menderita kekalahan yang telak dan serius. Kekuatan bersenjata Mangkubumi kalah telak dengan kekuatan Sambernyawa. Satu satu nya jalan untuk cepat cepat bisa mendapat separuh kerajaan Mataram maka jalan pengkianatan dilakukan oleh Mangkubumi. Mangkubumi meminta Semarang memberinya separuh kekuasaan Mataram dan berjanji setia dan tunduk kepada Belanda serta bersedia membantu Surakarta dan Belanda untuk melenyapkan Sambernyawa. Sebagai ikatan perjanjian yang baru antara bekas musuh maka Mangkubumi bersedia untuk memberikan isterinya Raden Ayu Retnosari dari Sukowati kepada Belanda atau VOC sebagai tanda perjanjian persahabatan yang baru itu. Akhirnya Pangeran Mangkubumi menjadi raja sendiri; sultan Hamengkubuwana I di kota baru yang dinamakan Yogyakarta Karya sastra ini memuat visi Yasadipura dari peristiwa di atas ini. Secara umum karya sastra ini dianggap indah dan mendapatkan kritik yang baik oleh para pakar kesustraan Jawa.
Ø   Untuk mengetahui contoh Babad Giyanti tersebut, silahkan Anda amati gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2. Babad Giyanti


                                            Syair

1.  Definisi Syair
Syair merupakan puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari empat baris yang berahir dengan bunyi yang sama. Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi.
2.  Ciri-ciri Syair
Ciri-ciri syair, antara lain sebagai berikut:
1.         Setiap bait terdiri atas empat baris.
2.         Setiap baris terdiri atas 8 sampai 14 suku kata.
3.         Semua baris merupakan isi.
4.         Syair bersajak aaaa.
5.         Setiap bait syair tidak dapat berdiri sendiri.
6.         Biasanya, setiap baris terdiri atas empat kata.
3.  Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam yang Berupa Syair
v  Syair Abdul Muluk Syair Abdul Muluk” menceritakan kisah seorang putra raja Hindustan yang bernama Abdul Muluk. Dia adalah putra Abdul Hamid Syah. Abdul Hamid Syah sangat bergembira melihat anaknya sudah cukup dewasa. Pada saat mencapai usia tiga belas tahun, ia tampak sudah sangat dewasa. Selain pemikirannya yang cemerlang, parasnya yang tampan, ia juga sangat bijak dalam menghadapi banyak persoalan sehingga banyak orang yang mengagumi dan menyukainya. Tema ”Syair Abdul Muluk” adalah kisah putra raja yang bijak. Pesan atau amanatnya adalah hendaklah kita menjadi orang yang bijak dan baik
budi agar dicintai sesama.
·            Contoh Syair Abdul Muluk:
                                        Syair Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula suatu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka Sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putra baginda,
Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik menjelis usulnya syahda,
Tiga belas tahun umurnya ada.
Parasnya elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina.

v  Demikianlah uraian materi tentang peninggalan sejarah yang bercorak Islam berupa syair. Untuk menguji pemahaman Anda, maka isilah tabel 1.1 berikut ini, Dan untuk mengetahui kebenaran jawaban Anda. Silahkan tanyakan kepada guru bina Anda.

    Tabel 1.1. peninggalan sejarah yang bercorak Islam berupa syair

Definisi Syair
Ciri-ciri Syair
Contoh syair




v    Setelah Anda mengisi tabel 1.1. Silahkan Anda simak uraian materi selanjutnya. 


SULUK

1.       Definisi Suluk
Suluk secara harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam kaitannya dengan agama Islam dan sufisme, kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah. Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan esoteris agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup hasrat untuk Mengenal Diri, Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati (ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup dengan melakukan syariat lahiriah sekaligus syariat batiniah demi mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan. Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik.
2.     Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam yang Berupa Syair
Kitab suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan kerajaan Islam di Nusantara contohnya:
v   Suluk Wujil
·              
Oleh karena itu ketahuilah
Tempat datangnya yang menyembah
Dan Yang Disembah
Pribadi besar mencari hakikat diri
Dengan tujuan ingin mengetahui
Makna sejati hidup
Dan arti keberadaannya di dunia
Karena itu, Wujil, kenali dirimu
Kenali dirimu yang sejati
Ingkari benda
Agar nafsumu tidur terlena
Dia yang mengenal diri
Nafsunya akan terkendali
Dan terlindung dari jalan
Sesat dan kebingungan
Kenal diri, tahu kelemahan diri
Selalu awas terhadap tindak tanduknya
Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini: Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata
Lalu apa pula zikir yang sebenarnya?
Dengar: Walau siang malam berzikir
Jika tidak dibimbing petunjuk Tuhan
Zikirmu tidak sempurna
Zikir sejati tahu bagaimana
Datang dan perginya nafas
Di situlah Yang Ada, memperlihatkan
Hayat melalui yang empat
Pedoman hidup sejati
Ialah mengenal hakikat diri
Tidak boleh melalaikan shalat yang khusyuk

Beberapa bait Suluk Wujil karangan dari Sunan Bonang yang berbunyi:
v   Demikianlah uraian materi tentang peninggalan sejarah yang bercorak Islam berupa syair.

SOAL-SOAL EVALUASI
 
A.          Berilah tanda silang (X)  huruf a.b.c atau d pada jawaban yang paling benar!
1.      Salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita,  cerita pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat kisah, dongeng maupun sejarah merupakan………
a.       Suluk
b.      Babad
c.       Hikayat
d.      Syair
2.      Hikayat Hang Tua sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Dalam zaman kemakmuran Kesultanan…………….
a.       Malaka
b.      Melayu
c.       Aceh
d.      Cirebon
3.      Babad merupakan penulisan sejarah tradisional atau historiografi tradisional sebagai suatu bentuk dan suatu kultur yang berfungsi antara lain……….
a.       Melegitimasi (mengesahkan) asal–usul leluhur, kejadian/peristiwa,  desa, pura atau hal – hal lainnya.
b.      Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati (ilahiyyah),
c.       Sebagai ikatan perjanjian yang baru antara bekas musuh maka Mangkubumi bersedia untuk memberikan isterinya Raden Ayu Retnosari dari Sukowati kepada Belanda atau VOC
d.      melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan esoteris agama Islam
4.      Syair Abdul Muluk Syair Abdul Muluk” menceritakan kisah seorang putra raja Hindustan yang bernama…………………..
a.       Abdul Hamid Syah
b.      Amir Hamzah
c.       Abdul Muluk
d.      Hang Kesturi
5.      Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya………….
a.       Tanpa melepas anak panah dari busurnya jika kaulakukan sia-sia karena yang dipuja wujud khayalmu semata
b.      Kenal diri, tahu kelemahan diri selalu awas terhadap tindak tanduknya
c.       Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik.
d.      Memberi hati bimbang gulana, kasih kepadanya mulya dan hina.

B.     Jawablah Pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

1.      Ulaskan kembali mengenai cerita Hikayat Amir hamza!
Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2.      Sebutkan tiga golongan dari babad!
Jawab:………………….…………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3.      Bagaimanakah definisi dari karya sastra syair?
Jawab:………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4.      Jelaskan isi cerita mengenai Syair Abdul Muluk Syair Abdul Muluk!
Jawab:………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5.      Bagaimana bunyi beberapa bait suluk Wijil karya Sunan Bonang!
Jawab:………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………





Alkulturasi bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam dengan kebudayaan setempat di berbagai daerah di Indonesia berupa upacara, tradisi dan pendidikan

    Bab II

KOMPETENSI DASAR
·         Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama, kebudayaan dan kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Indikator:
ΓΌ  Menganalisis dan menjelaskan upacara Tahlil dan Ziarah kubur
ΓΌ  Mendiskripsikan  tradisi – tradisi sekaten dan gerebeg maulud yang masi terjadi di daerah-daerah
ΓΌ  Memahami perkembangan dakwa dan Pengajian Al-Quran di Indonesia
ΓΌ  Menganalisis tradisi ramadhan
Alokasi waktu: 4 x 45 menit




              Tahlilan dan ziarah kubur



1.       Definisi Tahlilan

Pada mempersiapkan penguburan orang mati yang ditandai dengan memandikan, mengkafani, menshalati dan pada akhirnya menguburkan. Setelah penguburan itu selama sepekan, tiap malam hati diadakan slametan mitung dina (tujuh hari), yaitu kirim doa dengan didahului bacaan tasybih, tahmid, takbir, tahlil, dan shalawat Nabi yang secara keseluruhan rangkaian bacaan itu disebut tahlilan. Istilah tahlil itu sendiri berarti membaca dzikir dengan bacaan laa ilaalah illallaah. Slametan yang sama dilakukan pada saat kematian iyu sudah mencapai 40 hari (matang puluh), 100 hari (nyatus), satu tahun (mendhak sepisan), dua tahun (mendhak pindo), dan tiga tahun (nyewu). Tahlilan kirim doa kepada leluhur terkadang dilakukan juga oleh kelurga bersama-sama pada saat-saat ziarah kubur, khususnya pada waktu menjelang bulan Ramadha. Tahlilan lebi meluas penggunaanya. Tahlilan tidak saja di baca sebagai upaya mendoakan ahli kubur, tetapi tahlil dibaca sebagai pelengkap dari doa selametan. Sehingga kapan saja di adakan upacara selametan dimungkinkan juga untuk dibacakan tahlilan. Misalnya pada waktu mau pinda rumah, syukuran sembuh dari sakit,naik pangkat dan lain sebagainya.
Ø   Untuk mengetahui gambaran mengenai tahlilan tersebut, silahkan Anda amati
gambar 4.3. berikut ini:

Gambar 4.3. Tahlilan


2.     Definisi Ziarah Kubur
Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang sudah wafat, baik orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi. Upacara ziarah kubur ini di sebut sebagai upacara nyadran. dalam tata-cara pelaksana'annya diketahui bahwa Ziarah Kubur terdiri dari 4 (empat) macam :
a. Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya Fatimah ra (putri Nabi SAW) setiap hari Jum'at ke makam Hamzah bin Abdul Muttholib ra, dan berziarahnya 'Aisyah ra (istri Nabi SAW) ke makam saudaranya Abdurrahman bin Abu Bakar ra, begitu pula berziarahnya Imam Syafi'ie ra ke makam Imam Abu Hanifah al-Nu'man ra.
b. Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup ke makam orang-orang biasa (awam). Seperti berziarahnya Nabi SAW ke makam para syuhada Uhud, begitu pula berziarahnya Nabi SAW ke makam seorang wanita tua yang selalu menyapu halaman masjid.
c. Ziarah orang-orang biasa (awam) ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya kaum muslimin ke makam Nabi SAW di Madinah. Begitu pula berziarahnya orang-orang biasa (awam) ke makam para Nabi dan Rasul Allah, serta para Waliyullah, para Ulama dan orang tua.
d.   Ziarah orang-orang biasa (awam) ke makam orang-orang biasa (awam).
v  Tujuan Ziarah Kubur
Adapun tujuan dari kegiatan Ziarah Kubur adalah sebagai berikut:
a. Mendo'akan kepada ahli kubur supaya mendapat Maghfiroh dan Rahmat dari Allah SWT, serta senantiasa mendapat kelapangan dalam kubur. Dan dijadikan kuburnya Raudhoh min Riyadhil Jannah (taman Syurga) serta selamat dari azab kubur. Karena orang-orang yang telah meninggal dunia sangat mengharap kiriman Do'a dari sanak saudara yang masih hidup.
b.  Sebagai tanda Bakti anak kepada orang tua.
d. Sebagai tanda Cinta (Mahabbah) kepada orang yang diziarahi, dan mengharap Barakah (Tabarruk) dari Allah SWT ketika berziarah ke makam para Waliyullah atau para Ulama (Pewaris para Nabi). Semoga keberkahan dan kebaikan yang Allah SWT berikan kepada mereka dapat diberikan pula kepada kita yang menziarahi kubur mereka.
e. Mengingatkan diri pada Kematian dan negeri akhirat. Sehingga timbul rasa penyesalan dan penuh dosa, yang membangkitkan semangat untuk bertaubat, dan berbuat Taqwa kepada Allah SWT, serta kepedulian terhadap sesama manusia, serta lapang dada dalam mema'afkan kesalahan orang lain.




Ø   Untuk mengetahui gambaran mengenai ziarah kubur tersebut, silahkan Anda amati gambar 5.1. berikut ini:

Gambar 5.1. Ziarah kubur
 

tradisi sekaten dan gerebeg maulud


1.     Tradisi Sekaten
Sekaten atau upacara Sekaten (berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat) adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad s.a.w. yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijrah) di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam. Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton. Di awal masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, Sunan Kalijogo (salah seorang dari Wali Songo) mempergunakan instrumen musik jawa Gamelan, sebagai salah satu sarana untuk menarik perhatian masyarakat, agar mau datang untik menghadiri dan menikmati pagelaran karawitannya.
Pagelaran karawitan ini mempergunakan dua perangkat gamelan yang memiliki laras suara sangat merdu, yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu. Selain memainkan alat gamelannya, saat pagelaran Sunan Kali Jogo juga melakukan khotbah dan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an. Dan selama khotbahnya, Sunan Kali Jogo memberikan kesempatan bagi masyarakat yang berkeinginan untuk memeluk agama Islam. Mereka diwajibkan memengucapkan kalimat “Syahadat” yang sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam. Istilah “Syahadat” ini kemudian dikenal masyarakat Jawa dengan istilah “Syahadatain”, yang berangsur-angsur berubah menjadi “Syakatain” dalam pengucapannya. Dan saat ini lebih dikenal dengan istilah “Sekaten”.
Ø   Untuk mengetahui gambaran mengenai rangkaian ritual sekaten tersebut, silahkan Anda amati gambar 5.3. berikut ini:

Gambar 5.3. Rangkaian Ritual Sekaten

2.            Tradisi Gerebeg Maulud
Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan di hari ulang tahun Nabi Muhammad S.A.W mulai jam 8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam (bregodo/kompi) prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.

  Untuk mengetahui gambaran mengenai Tradisi mengarak gunungan di Grebeg Maulud tersebut, silahkan Anda amati gambar 6.1. berikut ini:

Gambar 6.1. Tradisi mengarak gunungan di Grebeg Maulud



               
                             dakwa dan PengajianAl-Quran

1.       Dakwa
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran:
  • a) Perdagangan
  • b) Pernikahan
  • c) Pendidikan (pesantren)
Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
2.       Pengajian Al-Quran
Pengenalan Islam ke Indonesia sejak awal perkembangannya pada abad VII hingga sekitar abad XII belum dilakukan secara sistematis. Dakwah Islamiah secara sistematis baru dilakukan berlangsung pada awal abad XIII ketika para pedagang Arabia berlayar hingga ke Sumatra Utara. Kemudian, pada awal abad XV, mereka sampai di Jawa dan menyebarkan Islam dengan cara yang ‘halus’. Para ulama Islam berhasil duduk dalam birokrasi dan menjadi pemimpin upacara keagamaan diberbagai kerajaan/kesultanan. Para ulama bahkan memasuki kehidupan kalangan istana melalui perkawinan. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengenalkan Islam kepada kalangan istana maupun rakyat kebanyakan yang tinggal di sekitarnya. Di pihak lain, para sufi atau guru mistik melakukan perjalanan berkeliling pedalaman untuk berdakwah kepada masyarakat di wilayah pedalaman. Mereka mendatangi pusat-pusat pemukiman penduduk untuk mengenalkan dan mengajarkan Islam. Ketika ajaran yang disampaikan menarik semakin banyak penduduk, maka pengajaran itu mulai dipusatkan di suatu tempat dan dilaksanakan secara rutin. Sejak saat itulah, tampaknya institusi pengajian mulai dikenalkan di wilayah Nusantara, khususnya Jawa, untuk menyebut lembaga yang menyelenggarakan pengajaran Islam. Pada awal kehadirannya, materi pengajian meliputi pelajaran membaca al-Qur’an, fiqh, tauhid, dan tasawuf. Bahkan, pertengahan abad XVIII, kegiatan pengajian lebih difokuskan pada kegiatan pengajaran al-Qur’an. Proses transmisi pengetahuan pada waktu itu masih bersifat individual, yang lazim disebut sebagai mangaji (mengaji) atau baguru (berguru). Pengajian yang bersifat komunal belum berkembang.



 
Tradisi Ramadhan

Di Indonesia, dimana masyarakatnya mayoritas muslim, berbagai acara atau tradisi menyambut Ramadhan banyak digelar di berbagai daerah. Tentu saja caranya berbeda-beda namun semangatnya tetap sama, yakni merupakan bentuk ucap syukur serta kegembiraan umat muslim akan datangnya bulan puasa.Dalam kalender Islam, bulan Ramadhan akan di awali dengan datangnya bulan Sya’ban.Nah di bulan Sya’ban ini biasanya banyak digelar upacara tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan. Berikut ini tradisi menyambut ramadhan dari berbagai daerah di indonesia :
1. Dugderan
Gambar 6.2. Dugderan

Tradisi “Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan. Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug. Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan ditengah perkembangan jaman. biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum puasa dimulai. Karena sudah berlangsung lama, tradisi Dugderan ini pun sudah menjadi semacam pesta rakyat. Meski sudah jadi semacam pesta rakyat –berupa tari japin, arak-arakan (karnaval) hingga tabuh bedug oleh Walikota Semarang–, tetapi proses ritual (pengumuman awal puasa) tetap menjadi puncak dugderan. Untuk tetap mempertahankan suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran.
Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api.
2. Padusa
Gambar 6.3. Padusan

Lain daerah pasti lain pula tradisinya, masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melakukan upacara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat kramat. Tradisi ini disebut “Padusa” yang bermakna agar jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa bersih secara lahir dan batin.
Selain itu juga bermakna sebagai pembersihan diri atas segala kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya.



3. Meugang
Gambar  7.1. Maugang

Berbeda dengan lainnya, di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang akrab disebut dengan kota “Serambi Mekah”, warganya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi ini disebut “Meugang”, konon kabarnya tradisi “Meugang” sudah ada sejak tahun 1400 Masehi, atau sejak jaman raja-raja Aceh.
Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan oleh seluruh warga Aceh. Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging untuk dimakan, semua warga akan bergotong-royong membantu, agar semua warganya dapat menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan. Tradisi “Meugang” biasanya juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya Haji.
4. Balimau
Gambar 7.2. Balimau

Tradisi Balimau hampir sama dengan tradisi padusa, yakni membersihkan diri dengan cara berendam atau mandi bersama-sama di sungai atau tempat pemandian. Tradisi Balimau dilakukan oleh masyarakat Padang, Sumatera Barat. Biasanya tradisi ini dilakukan dari mulai matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan Ramadhan. Mirip dengan “Padusa”, makna dari tradisi Balimau ini berarti melakukan pembersihan diri secara lahir dan batin, agar seseorang siap menjalankan ibadah puasa.

5. Jalur Pacu
Gambar  7.3. Jalur Pacu

Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya memiliki tradisi yang mirip dengan lomba dayung. Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu menyambut acara tersebut. Tradisi yang hanya digelar setahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.
6. Nyorog
Di Betawi, tradisi “Nyorog” atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Meski istilah “Nyorog”nya sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi. Bingkisan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya. Tradisi “Nyorog” di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan, bahwa bulan suci Ramadhan akan segera datang, selain itu tradisi “Nyorog” juga sebagai pengikat tali silahturahmi sesama sanak keluarga.


7. Mungguhan
Mungguhan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas untuk kemudian mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang. Tradisi ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang sunda dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Biasanya tradisi ini dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi intinya tetap satu, yaitu berkumpul bersama sambil menikmati sajian makanan yang disuguhkan. Inilah tradisi yang biasa dilakukan ditengah masyarakat sunda pada umumnya yang secara turun temurun terus dipertahankan oleh setiap generasi berikutnya.

                                  SOAL-SOAL EVALUASI
 

A.    Berilah tanda silang (X)  huruf a.b.c atau d pada jawaban yang paling benar.
1.      Kirim doa dengan didahului bacaan tasybih, tahmid, takbir, tahlil, dan shalawat Nabi yang secara keseluruhan rangkaian bacaan itu disebut…………..
a.       Tahlilan
b.      Dakwa
c.       Sekaten
d.      Gerebeg Maulud
2.      Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan setiap hari…………….
a.       Ulang tahun Sultan Hamengkubuwono
b.      Ulang tahun Sunan Bonang
c.       Ulang tahun Nabi Muhammad S.A.W
d.      Ulang tahun Sunan Kalijaga
3.      Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran…………..
a.       Kekuasaan dan Pemerintahan
b.      Perdagangan, Pernikahan, dan Pendidikan (pesantren)
c.       Pengabdian
d.      pelayaran
4.      Pertengahan abad XVIII, kegiatan pengajian lebih difokuskan pada kegiatan pengajaran…………
a.       Tasawuf
b.      Tajwid
c.       Akhlaq
d.      Al-Quran
5.      Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug berasal dari………..
a.       Suara dari kentongan yang membangunkan orang puasa
b.      Suara dari ucapan sunan kudus untuk menggemakan adzan
c.       Suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan
d.      Bunyi alunan nada pembacaan Al-Quran


B.     Jawablah soal- soal berikut dengan singkat dan tepat !

1.      Sebutkan empat macam tatacara ziarah kubur!
Jawab: ……………………..………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
2.      Jelaskan latar belakang masuknya dakwa di Indonesia
Jawab: ……………………………………………………………………………………..
….…………………………………………………………………………………
3.      Bagaimanakah tradisi Dugderan itu?
Jawab: ……………………………….……………………………………………..
……………………..………………………………………………………………
4.      Bagaimanakah tradisi Padusan itu berlangsung?
Jawab: ………………….…………………………………………………………………..
                   ..……………………………………………………………………………………
5.      Jelaskan perbedaan dari tradisi Nyorog dan Mungguhan ?
Jawab: ……………………………………….……………………………………………..
………………………………………………………………………………………



DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud Abdurrahman, dkk. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media
Sudjianingsih, Sri. 1994. Sejarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional
Syafi’I Jamal. 2006. Profil Kota Semarang. Semarang: CV Imperium Agung
R. Soekmono, Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, Kanisius, Yogyakarta, 1985
Nugroho Notosusanto, dkk. 1992. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Depdikbud
Abu Bakar. 1962. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawwuf. Semarang: Ramadhani.
Poerbatjaraka. 1952. Kepustakaan Djawa. Amsterdam/Jakarta: Djambatan.



KUNCI JAWABAN SOAL
BAB I
A. Pilihan Ganda.
1. a
2. c
3. a
4. c
5. b
B. Essai
1.    Keunikan menara Masjid Kudus yaitu bentuk menaranya yang menyerupai candi yang diberi atap tumpang, sedangkan menara Masjid Banten menyerupai mercusuar Eropa.
2.    Keraton merupakan tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting yang menyangkut urusan kerajaan. Keraton juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya
3.    Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)
4.    Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut:
(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
(2) Makam Walisongo
(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)
(4) Makam Raja Gowa

5.    kata Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari CALLIGRAFY, yaitu Callos yang berarti indah dan graph yang berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah, atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan

BAB II
A.    Pilihan ganda
1. c
2. b
3. a
4. c
5. c
B.     Essai

1.    Hikayat Amir Hamzah menceritakan perihal kegagahan dan keperwiraan seorang pejuang Islam, iaitu Amir Hamzah, pada zaman sebelum dan awal kebangkitan Islam. Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini dikatakan telah dibacakan bagi menaikan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi
2.     babad  yang isinya tidak sesuai dengan judulnya, karena isinya jauh lebih luas    dari  yang disebut dalam judulnya.
babad yang isinya menceritakan sejarah setempat; artinya isinya hanya menceritakan tentang sejarah asal mula daerah tertentu.
 babad yang isinya menceritakan suatu periode tertentu dari sejarah Jawa, artinya isinya hanya menceritakan peristiwa yang terjadi pada suatu masa tertentu
3.    Syair merupakan puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari empat baris yang berahir dengan bunyi yang sama.
4.    ”Syair Abdul Muluk” adalah kisah putra raja yang bijak. Pesan atau amanatnya adalah hendaklah kita menjadi orang yang bijak dan baik
budi agar dicintai sesama.
5.    Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini: Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata

BAB III
A.    Pilihan ganda
1. a
2. c
3. b
4. d
5. c
B. Essai
1.   a. Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya Fatimah ra (putri Nabi SAW) setiap hari Jum'at ke makam Hamzah bin Abdul Muttholib ra, dan berziarahnya 'Aisyah ra (istri Nabi SAW) ke makam saudaranya Abdurrahman bin Abu Bakar ra, begitu pula berziarahnya Imam Syafi'ie ra ke makam Imam Abu Hanifah al-Nu'man ra.
b. Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup ke makam orang-orang biasa (awam). Seperti berziarahnya Nabi SAW ke makam para syuhada Uhud, begitu pula berziarahnya Nabi SAW ke makam seorang wanita tua yang selalu menyapu halaman masjid.
c. Ziarah orang-orang biasa (awam) ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya kaum muslimin ke makam Nabi SAW di Madinah. Begitu pula berziarahnya orang-orang biasa (awam) ke makam para Nabi dan Rasul Allah, serta para Waliyullah, para Ulama dan orang tua.
2. Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami.   
3. Dugderan adalah tradisi tahunan masyarakat Semarang yang di lakukan untuk menyambut bulan Suci Ramadhan. Sebuah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun sejak dahulu kala.
4. masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melakukan upacara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat kramat.
5. Nyorog yakni membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan sedangkan Mungguhan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas untuk kemudian mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang.